16Pantun Nasihat Bahasa Betawi, Penuh Makna dan Bisa Dijadikan Konten di Media Sosial Kumpulan Pantun Cinta Lucu, Berisi Pesan Romantis yang Menghibur, Bisa Luluhkan Hati Doi 20 Pantun Peribahasa Penuh Makna, Jadikan Sindiran ke Teman yang Suka Pinjam Uang
PANTUN SOSIAL Kalau harimau sedang mengaum Bunyinya sangat berirama Kalau ada ulangan umum Marilah kita belajar bersama Hati-hati menyeberang Jangan sampai titian patah Hati-hati di rantau orang Jangan sampai berbuat salah Banyak sayur dijual di pasar Banyak juga menjual ikan Kalau kamu sudah lapar Cepat cepatlah pergi makan Manis jangan lekas ditelan Pahit jangan lekas dimuntahkan Mati semut karena manisan Manis itu bahaya makanan. Buah berangan dari Jawa Kain terjemur disampaian Jangan diri dapat kecewa Lihat contoh kiri dan kanan Di tepi kali saya menyinggah Menghilang penat menahan jerat Orang tua jangan disanggah Agar selamat dunia akhirat Tumbuh merata pohon tebu Pergi ke pasar membeli daging Banyak harta miskin ilmu Bagai rumah tidak berdinding Anak ayam turun sembilan Mati satu tinggal delapan Ilmu boleh sedikit ketinggalan Tapi jangan sampai putus harapan Anak ayam turun delapan Mati satu tinggal lah tujuh Hidup harus penuh harapan Jadikan itu jalan yang dituju Ada ubi ada talas Ada budi ada balas Sebab pulut santan binasa Sebab mulut badan merana Jalan kelam disangka terang Hati kelam disangka suci Akal pendek banyak dipandang Janganlah hati kita dikunci Bunga mawar bunga melati Kala dicium harum baunya Banyak cara sembuhkan hati Baca Quran paham maknanya Ilmu insan setitik embun Tiada umat sepandai Nabi Kala nyawa tinggal diubun Turutlah ilmu insan nan mati
Dankumpulan puisi kritik sosial yang diterbitkan beberapa contoh jenis puisi kritik sosial masyarakat yang mengkritik tentang tatanan pemerintahan, pemimpin dan penguasa yang tidak berjalan pada koridor yang sesungguhnya, sehingga menginspirasi penulis puisi kritik sosial untuk menulis puisi kritikan yang diantaranya adalah puisi bermajas sarkasme.
Jakarta - Agustus merupakan bulan yang penuh sejarah bagi bangsa Indonesia. Di bulan Agustus, Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Sejak itu, setiap tanggal 17 Agustus, bangsa Indonesia selalu memperingati hari kemerdekaan. Pada 2022, Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun ke-77. Lirik Lagu Padam Padam - Kylie Minogue Lirik Lagu Flu - HEIZE feat. CHANGMO Cara Membuang Kasur, Jangan Asal Taruh di Tempat Sampah Banyak cara bisa dilakukan atau ditunjukkan warga Indonesia untuk merayakan hari kemerdekaan negara tercinta. Satu di antaranya dengan memberi ucapan kemerdekaan dalam bentuk pantun. Hal semacam ini dapat menambah rasa cinta, pembuktian nasionalisme kita terhadap bangsa Indonesia, serta mengenang jasa para pahlawan yang gugur. Agar makin semarak, kamu juga bisa mengirimkan pantun-pantun bernuansa kemerdekaan ke media sosial. Bisa dipakai untuk postingan Facebook, WhatsApp, Instagram maupun media sosial lainnya. Berikut ini beberapa contoh pantun bertema kemerdekaan, cocok dijadikan postingan media sosial, dikutip dari laman Diedit dan Pelajarindo, Rabu 27/7/2022.Berita Video, Highlights Piala AFF U-18 Wanita antara Indonesia Vs Vietnam pada Selasa 26/7/20221. Kain tenun semakin laku, Benangnya diikat dibuat baju. Selamat ulang tahun negaraku, Jadilah kuat dan tambah maju. 2. Hari Rabu membeli duku, Dibikin rujak, gigi pun ngilu. Dirgahayu negara Indonesiaku, Semoga makin jaya, abadi selalu. 3. Gelasnya bagus dari Malaka, Jadi hadiah untuk si Tuan. Tujuh belas Agustus hari merdeka, Mari dijaga dengan persatuan. 4. Pergi ke kota kesana kemari, Beli ikan dapatnya bihun. Yuk kita rayakan HUT RI, Selamat Hari Merdeka ke-77 tahun. 5. Bunga kenanga kuncup terbuka, Tumbuh merekah dipetik tuan. Bangsa Indonesia sudah merdeka, Tetaplah kita jaga persatuan. 6. Langit senja sangatlah bagus, Lelah sehari telah berlalu. Selamat hari kemerdekaan 17 Agustus, Untuk Republik Pantun Bertema Kemerdekaan7. Nonton drama jangan berisik, Aura bintangnya meletus-letus. Jangan cuma bebisik-bisik, Mari menyanyi 17 Agustus. 8. Banyak semut di atas papan, Sedang makan buah pepaya. Selamat menyambut hari kemerdekaan, Mari berdoa Indonesia jaya. 9. Putar-putar tiang menara, Badan capek, tangan pun letih. Kibar-kibarlah ini bendera, Bendera sang saka merah putih. 10. Kakak ultah di tanggal 7, Minta dirayakan di hari Sabtu. Selamat HUT RI yang ke-77, Semoga Indonesia tetap bersatu. 11. Gunung Semeru tinggi menjulang, Gunung Merapi sungguh perkasa. Ratusan tahun bangsa berjuang, Sembilan belas empat lima kita merdeka. 12. Makan nasi kukus campur semangka, Rasanya sedap nyaman di hati. Tujuh belas agustus hari merdeka, Tugas berat generasi muda telah Pantun Bertema Kemerdekaan13. Bumi nusantara betapa indahnya, Kekayaan alam anugerah Tuhan. Tujuh belas agustus hari merdeka, Lanjutkan perjuangan demi kesejahteraan. 14. Jalan-jalan ke Tabalong, Singgah di Jalan membeli Rambutan. Berkobar-kobar semangat para pejuang, Demi meraih sebuah kemerdekaan. 15. Pergi ke pasar membeli semangka, Semangka besar merah merona. Rakyat senang hati gembira, Sekali merdeka ya tetap merdeka. 16. Ada wanyi dan ada madu, Madu di panen di hari Minggu. Dirgahyu untuk Indonesiaku, Ku ucapkan dari lubuk hatiku. 17. Langit senja panaromanya bagus, Sedih sehari telah berlalu. Selamat datang bulan Agustus, Itulah bulan kemerdekaan negeriku. 18. Sungguh pedas rasanya Lada, Dimakan dengan sambal terasi. Selamat Ulang Tahun Indonesia, NKRI tetap harga Pantun Bertema Kemerdekaan19. Ayam bertelur di balik papan, Telurnya dijual ke pasar Senayan. Di balik perjuangan para pahlawan, Kita syukuri hari kemerdekaan. 20. Pergi berdagang ke pasar ikan, Singgah sejenak di peramaian. Semarakkan hari kemerdekaan, Dengan cinta dan kehangatan. 21. Ayam bertelur di bawah papan, Bertelur sepuluh menetas delapan. Di balik perjuangan para pahlawan, Mari kita syukuri hari Kemerdekaan. 22. Cewek cantik pakai baju berwarna, Pas dipanggil ternyata berkumis. Selamat HUT RI ke-77 Bapak Ibu semua, Jangan lupa bahagia dan selalu optimis. 23. Merah putih berkibar di langit biru, Diterpa embusan angin berulangkali. Dirgahayu ke-77 Indonesiaku, Kobarkan semangat persatuan dalam hati. 24. Beli ayam dimasak taliwang, Bumbu diaduk dengan cekatan. Selamat HUT RI ke-77 warganet tersayang, Mari doakan pahlawan yang gugur merebut kemerdekaan. 25. Gadis kecil berjalan di sawah pelan, Mengantar bekal beraneka rupa. Detik-detik proklamasi jelang kemerdekaan, Genderang ditabuh menggetarkan jiwa. Sumber Diedit, Pelajarindo Dapatkan artikel contoh dari berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.
Pantundapat digunakan untuk menyampaikan kritik secara cerdas, santun, elegan, dan santai. Sebagai salah satu bentuk sastra, pantun dapat digunakan sebagai sarana menyampaikan kritik sosial. Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama yang paling akrab dengan masyarakat dibandingkan dengan bentuk puisi lama yang lain. Uploaded byMfaeez Fiz 0% found this document useful 0 votes338 views2 pagesDescriptionpantun digunakan untuk kritikan sosial dalam masyarakatOriginal Titlekritikan sosialCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes338 views2 pagesKritikan SosialOriginal Titlekritikan sosialUploaded byMfaeez Fiz Descriptionpantun digunakan untuk kritikan sosial dalam masyarakatFull description Inilahpantun berbalas kritik sosial dan ulasan lain mengenai hal-hal yang masih ada kaitannya dengan pantun berbalas kritik sosial yang Anda cari. Berikut ini tersedia beberapa artikel yang menjelaskan secara lengkap tentang pantun berbalas kritik sosial . contoh pantun yg mengandung pesan kritik sosial pola pantun berkait bertema kritik sosial ??buatlah pantun dgn tema kritik sosial, sebanyak 3 baitteladan pantun kritik sosial 5 bait**teladan pantun berkait bertema kritik sosial ?? kartu hape gue ialah tridan yg punya namanya otangimana mau mampu mengantrikalo mau dapat, harus berebutan pola pantun berkait bertema kritik sosial ?? Makan roti berlapis kejuJangan lupa ditaruh nampan Jikalau ingin pendidikan maju Jangan korupsi dana pendidikan Bunga melati berwarna putih Mekar mewangi indah di taman Bagaimana korupsi akan bersih Bila koruptor ringan hukuman Membeli baju ke Cikini Bajunya bagus berbahan sutera Apa kesudahannya negeri ini Bila pemimpin hanya akil bicara buatlah pantun dgn tema kritik sosial, sebanyak 3 bait Sepandai-berilmu tupai melompat Sekali waktu gagal juga Selihai-lihai dictator mendustai rakyat Pada jadinya terjungkal juga Di bubungan atap bersembunyi tokek Berbunyi nyaring di malam hari Waktu sekolah gemar menyontek Makara pemimpin suka korupsi Pemakan buah namanya kampret Memburu risky berkawan-kawan Datang rapat pakai jam karet Banyak terjadi,ditiru jangan Dilumbung padi banyak tikus Tikus diburu meloncat-loncat Sudah revormasi,KKN jalan terus Tandanya kita jalan di daerah teladan pantun kritik sosial 5 bait sepandai pandai bajing meleompat niscaya akan jatuh jugasepandai pandai derektur menipu rakyatniscaya akanterjungkal juga **teladan pantun berkait bertema kritik sosial ?? Jalan-jalan ke kota Palutidak lupa membeli oleh-olehJika ingin pendidikan majuJangan korupsi dana pendidikan Burung gagak hitam bulunyaterbang terbang di atas tamanKapankah korupsi akan sirnajika koruptor dihukum ringan? Senyumanmu manis sekalimenciptakan diriku ini jadi kesengsemApa kesannya negeri iniBila pejabatnya hanya cendekia bicara
PantunKritis. By. Hendro Prayitno ; 10 Dec 2021 - 05:02 WIB ; Share on email. Share on facebook. Share on twitter. Share on telegram. Share on whatsapp. Artikel Terkait. Mengejutkan ! Group Cantik K-Pop ITZY Ternyata Sering Terima Pesan Teks Dari Sosok Ini, Begini Reaksi Mereka ! 18 Jul 2022 .
Pantun Masa Kini – Penggunaan pantun bagi sebagian anak muda sudah jarang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal pantun adalah karya sastra Indonesia yang memiliki bait dan larik yang unik untuk diungkapkan. Siapapun bisa menggunakan pantun masa kini untuk mengekspresikan perasaan hati yang sedang terjadi. Karena tujuan pantun adalah untuk menghibur orang-orang yang mendengarnya. Mulanya pantun digunakan sebagai sarana kesenian dalam budaya tradisional, tetapi di era modern ini, pantun bisa digunakan saat sedang ada acara ataupun hanya sebagai hiburan semata. Contohnya, pada pantun masa kini bisa bertema keceriaan, kesedihan, kegelisahan, semangat, dan guyonan. Penggunaan pantun zaman sekarang tidak sekaku dan sesulit zaman dahulu. Awal Mula Pantun Masa Kini Sebagian anak muda mungkin jarang yang bisa mengungkapkan perasaannya melalui pantun. Hal ini karena penggunaan pantun memiliki pola dan struktur penulisan yang rumit dibandingkan sastra lainnya. Padahal, selalu ada pesan tersirat dibalik larik-larik pantun yang disampaikannya. Seperti pada pantun masa kini yang membawa tren terbaru dalam dunia anak muda. Pantun ini ditujukan untuk anak muda agar mereka dapat terus melestarikan sastra Indonesia. Selain itu, membuat pantun menjadi lebih dikenal oleh generasi selanjutnya. Biasanya, anak muda mempopulerkan pantun melalui lirik lagu, status di sosial media, ataupun hiburan saat bersantai. Yang terpenting adalah amanat dalam pantun harus tersampaikan dengan jelas. Baca Juga Pantun Matematika Contoh Pantun Masa Kini dan Maknanya Pada era modern ini, anak muda lebih suka mengekspresikan perasaannya melalui unggahan status di media sosialnya. Jika ditanya soal pantun, mungkin hanya sedikit yang memahaminya. Untuk itu, pantun masa kini dibuat agar anak muda tidak melupakan tentang kebudayaan sastra. Selain itu, anak muda harus mengetahui kaidah penulisan dalam pembuatan pantun. Dalam pembuatan pantun yang terpenting adalah memiliki pola bait yang sama dan memiliki 2 hingga 4 larik yang berbentuk sampiran dan isi. Selain itu, pantunnya juga memiliki bermacam-macam tema, seperti tentang perasaan anak muda yang bahagia, sedih, lelah, inspiratif, dan masih banyak lagi. Berikut contoh pantunnya 1. Pantun Masa Kini Tentang Kebahagiaan Saat sedang berbahagia, orang-orang cenderung membuat unggahan status agar semua orang melihatnya serta ikut merasakan kebahagiaannya juga melalui sosial media. Ada yang menuangkan kebahagiaannya dalam bentuk lagu, puisi, maupun pantun. Pantun masa kini bisa bertema tentang kebahagiaan, seperti bahagia mendapatkan nilai yang baik, bahagia memiliki pacar, dan masih banyak lagi. Mengungkapkan kebahagiaan melalui pantun adalah cara unik yang jarang digunakan oleh anak muda dalam mengekspresikan perasaannya. Pantun masa kini dapat membuat anak muda melestarikan budaya yang ada. Dimulai dari hal yang sederhana, seperti membuat status, kemudian dijadikan sebagai sebuah hiburan, dan sebagai pertunjukan seni. Berikut contoh pantunnya Belajar agama sesuai akidah Pertama dimulai baca bismillah Masa kini begitu indah Teknologi membuat jadi mudah Makna dengan adanya teknologi di zaman sekarang, semua kegiatan akan dipermudah dengan adanya teknologi yang canggih. Jalan-jalan ke negara Belgia Mampir ke toko jualan soda Di masa kini aku bahagia Sosial media yang selalu ada Makna ungkapan bahagia anak muda yang lahir di zaman serba canggih dengan adanya sosial media yang bisa memudahkan segala aktivitas. Kegiatan menyanyi masih aktif Anggotanya nakal dan juga usil Walaupun masa kini kompetitif Tetaplah berjuang sampai berhasil Makna walaupun masa kini begitu mudah dengan adanya media sosial, tetapi daya saing begitu ketat. Untuk itu, tetaplah berjuang sampai bisa berhasil mencapai tujuan. Lagi di masjid melihat sajadah Mencari-cari siapa pemilik Masa kini begitu mudah Mau apa saja tinggal klik Makna masa kini dibuat menjadi sangat praktis. Apapun bisa dilakukan dengan menggunakan smartphone dalam segala kegiatan. Sehingga ketika menginginkan sesuatu tinggal klik yang diinginkan. Ada kucing mau melompat Hampir jatuh terkena jubah Masa kini begitu cepat Usia saya semakin bertambah Makna seseorang yang menyadari bahwa usianya semakin bertambah karena dunia begitu cepat berputar. Jalan Anggrek ada belokan Naik mobil sama pak Heri Masa kini harus dimanfaatkan Agar tidak menyesal kemudian hari Makna seseorang yang harus memanfaatkan usia mudanya untuk melakukan hal positif agar tidak menyesal di masa tua nanti. 2. Pantun Masa Kini untuk Kekasih Biasanya, seseorang ketika sedang jatuh cinta akan mengungkapkan perasaannya kepada lawan jenis dengan memberikan kata-kata yang manis. Hal ini ditujukan untuk membuat kepercayaan kepada lawan jenisnya bahwa dirinya sangat menyukainya. Membuat pantun masa kini sangat cocok bagi orang yang sedang ingin mengungkapkan perasaannya, karena memiliki larik yang menarik untuk disampaikan. Pantun juga memiliki sisi romantis dari setiap lariknya. Di satu sisi, cara seperti ini bisa membuat hubungan menjadi lebih seru untuk dijalani. Tentunya, dengan mengungkapkan perasaan melalui pantun hubungan tidak akan menjadi monoton. Yang terpenting adalah kata-kata romantis selalu ada di dalam pesan sebuah pantun. Berikut contohnya Si kakak membeli ayam Beli ayamnya di Selandia Masa kini jangan hanya berdiam Mari kita buat momen bahagia Makna masa ini jangan dibuat dengan hanya berdiam diri tanpa melakukan kegiatan. Buat momen bahagia dan spesial bersama pasangan, sehingga hari-hari akan lebih produktif. Sendok itu bentuknya cembung Coba kau lihat dan amati Masa kini harus menabung Untuk pernikahan kita nanti Makna memanfaatkan masa muda dengan banyak bekerja dan menabung untuk persiapan dalam menikah. Ke pasar membeli wadah Untuk masak mie dan juga kol Masa kini begitu mudah Jika rindu tinggal video call Makna tidak seperti zaman dahulu yang ketika rindu harus menunggu surat tiba. Berbeda dengan zaman sekarang yang jika sedang rindu tinggal melakukan video call untuk melihat wajahnya. Jalan buntu kalau lewat gang Putar balik lewat SMU Janji ini selalu kupegang Masa kini akan meminangmu Makna janji yang selalu dipegang oleh seorang laki-laki untuk meminang kekasihnya di masa sekarang. Si ibu masak agar-agar Dimasaknya saat senja Tidak perlu menunggu kabar Kalau rindu telepon saja Makna jika sedang rindu dengan seseorang tidak perlu banyak menunggu. Lakukan telepon saja untuk menghilangkan rasa rindu. Sakit kepala selalu kambuh Minum obat dari tadi Masa kini cintaku berlabuh Masa depan cintaku abadi Makna seseorang yang mengungkapkan rasa cintanya saat ini untuk seseorang begitu dalam dan selalu setia di masa depan. Baca Juga Pantun Melayu 3. Pantun Masa Kini Inspiratif Menjalani rutinitas terus-menerus memang menjadi sebuah hal yang membosankan. Tentunya, sebagai manusia membutuhkan sebuah penyemangat hidup dan juga inspirasi agar hidupnya menjadi lebih bersyukur dan semangat menjalani hari-hari. Memberikan semangat kepada seseorang bisa dilakukan dengan memberi pantun. Karena pantun memiliki larik yang yang lucu dan menghibur untuk diungkapkan. Pantun memiliki larik yang membuat setiap orang penasaran untuk terus mendengarnya. Selain itu, pantun dengan tema inspiratif memberikan dorongan kepada seseorang untuk terus lebih berjuang dalam hidupnya. Pantun ini bisa disampaikan dan diunggah ke sosial media ataupun sebagai hiburan bersama teman-teman kantor. Berikut contoh pantunnya Pagi pagi bermain Instagram Sambil menyukai foto kerabat Masa kini janganlah muram Agar rezeki tidak terhambat Makna selalu menghadapi hari dengan tersenyum dan ceria, agar rezeki tidak terhambat. Kepala Budi mau dicukur Habis cukuran pakai topi Masa kini harus bersyukur Agar hati selalu tercukupi Makna selalu bersyukur atas nikmat yang Tuhan berikan, agar hati selalu tercukupi kenikmatan. Jalan jalan bersama Sarah Menuju pintu yang mudah terakses Masa kini jangan menyerah Agar kaya dan juga sukses Makna selalu berusaha dalam hidup dan jangan pernah menyerah agar cita-cita bisa tercapai. Kucing anggora berkeringat Masa kini harus semangat Makna harus tetap semangat dalam hal apapun yang terjadi di masa kini. 4. Pantun Masa Kini Bersama Sahabat Bersenang-senang dengan sahabat akan memberikan memori yang indah untuk dikenang. Berbagi cerita bersama sahabat akan membuat perasaan menjadi lega dan tenang. Selain itu, berkumpul bersama sahabat dapat membuat pikiran menjadi segar kembali. Berbagi keceriaan bersama sahabat bisa melalui sosial media ataupun memberikan pantun masa kini sebagai hiburan, Berikut contoh pantunnya Di atas bunga ada benalu Banyak bunga yang teracuni Hari kemarin biarlah berlalu Mari nikmati masa kini Makna hari kemarin biarkan saja menjadi cerita masa lalu, dan selalu menikmati momen masa kini bersama sahabat. Anak anjing dapat tulang Mau diambil tetapi galak Dari bayi bersama sahabat Masa kini menjadi dewasa Makna seseorang yang sudah bersahabat lama sejak kecil hingga dewasa. Anak kecil membawa batu Disembunyikannya dibalik jamu Masa kini luangkan waktu Ketika dewasa susah bertemu Makna meluangkan waktu bersama sahabat agar tidak memutus tali persahabatan. Karena ketika sudah dewasa waktu akan sibuk dan membuat intensitas waktu bertemu akan susah. Buat meja pakai papan Dibuatnya dengan penuh cinta Sambut masa kini dengan harapan Bersama sahabat raih cita-cita Makna selalu menyambut masa kini dengan rasa syukur dan harapan untuk meraih cita-cita bersama sahabat. Baca Juga Pantun Minang 5. Pantun Masa Kini Bertema Lucu Untuk membuat pantun semakin dilirik oleh anak muda, pantun dibuat mudah agar anak muda dapat terhibur. Saat ini, mulai banyak pantun yang menyisipkan sampiran berupa guyonan agar anak muda dapat mengembangkan pola pantun. Contoh pantun bertema guyonan selalu menjadi pantun yang paling banyak dinanti oleh orang-orang. Berikut contoh pantunnya Si nenek menggendong cucu Digendongnya pakai selendang anyaman Masa kini dibuat lucu Melihat anak kecil sudah pacaran Makna sindiran kepada anak kecil zaman sekarang yang sudah banyak berpacaran padahal belum mengerti apa-apa. Ke Bandung di hari Jum’at Untuk memberikan nenek hadiah Jika masa kini akan kiamat Aku harus cepat menikah Makna seseorang yang ketakutan akan hari kiamat karena takut belum menikah. Ke warung makan soto ceker Belikan ibu juga soto babat Masa kini tidak pakai masker Sama seperti membuka aurat Makna seseorang yang sudah terbiasa menggunakan masker disaat pandemi, ketika membuka masker sama seperti membuka aurat. Penutup Penggunaan pantun masa kini tentunya harus menyesuaikan dengan tren yang ada saat ini. Tujuannya agar menarik hati anak muda untuk melestarikan budaya Indonesia. Untuk itu, pantun banyak meberikan tema-tema menarik yang layak untuk diulas oleh anak muda. Dimulai dari kebiasaan kecil untuk membuat pantun, lama-lama terbiasa mengekspresikannya dalam kegiatan sehari-hari. Pantun Masa Kini

40Pantun Bertema Kemerdekaan, Cocok Dibagikan di Media Sosial saat 17 Agustus. 2 Agustus 2021 7.20 AM · Bacaan 5 menit. Bola.com, Jakarta - Agustus menjadi bulan yang sangat istimewa bagi bangsa Indonesia. Pada Agustus, tercatat beberapa peristiwa penting dan bersejarah, terutama sejarah Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia.

Criticisms in traditional Malay works are produced in various forms, and usually, the criticisms are not conveyed in an explicit or blunt manner. Therefore, the language used to convey the criticisms is figurative language filled with similes and metaphors. These forms of criticisms can be observed in proverbs, pantuns, and other forms of poems, songs, tales of humour and of animals, folktales, sagas, and historical literature. Social criticisms through metaphorical elements in poems are able to depict the wisdom of the Malays in the times of old. This paper aims to identify the metaphorical elements found in pantuns and analyse the social criticisms and values in them based on the Relevance theory. It will see how metaphors in pantuns play the role of social critics. Data used for this study is from a book by Tenas Effendy 2004 titled Tunjuk Ajar Dalam Pantun Melayu, published in Yogyakarta by Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu. This study will apply the Relevance theory, where this theory emphasises the processing of information and is able to assist readers to understand the metaphorical elements that are scientifically represented. Thus, social criticisms that exist in traditional Malays pantuns are not only for entertainment purposes but also carry a far deeper meaning. Pantuns have metaphorical elements where they are able to create cynical and sharp criticisms. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 3 Issue 6 March 2021 PP. 31-41 DOI Copyright © GLOBAL ACADEMIC EXCELLENCE M SDN BHD - All rights reserved 31 INTERNATIONAL JOURNAL OF CREATIVE INDUSTRIES IJCREI METAFORA SEBAGAI KRITIKAN SOSIAL DALAM PANTUN MEMBENTUK NILAI INSAN METAPHORS IN PANTUNS AS SOCIAL CRITICISM IN FORMING HUMAN VALUES Mazarul Hasan Mohamad Hanapi 1*, Norazimah Zakaria2, Abu Zarrin Selamat3, Norfaizah Abdul Jobar4 Fakulti Pembangunan Manusia, Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia Email mazarul Fakulti Bahasa dan Komunikasi, Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia Email norazimah Fakulti Sains Kemanusiaan, Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia Email zarrin Fakulti Bahasa dan Komunikasi, Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia Email Article Info Article history Received date Revised date Accepted date Published date To cite this document Hanapi, M. H. M., Zakaria, N., Selamat, A. Z., & Jobar, N. A.. 2021. Metafora Sebagai Kritikan Sosial Dalam Pantun Membentuk Nilai Insan. International Journal of Creative Industries, 3 6, 31-41. DOI This work is licensed under CC BY Abstrak Kritikan dalam karya Melayu tradisional dihasilkan dalam pelbagai bentuk, dan lazimnya kritikan itu tidak disampaikan secara eksplisit atau terang-terangan. Sehubungan itu, bahasa yang digunakan untuk menyampaikan kritikan itu adalah bahasa figuratif yang penuh dengan kias ibarat dan metafora. Bentuk kritikan ini boleh dilihat dalam peribahasa, pantun, syair, seloka, cerita jenaka, cerita binatang, cerita lipur lara, hikayat dan juga sastera berunsur sejarah. Kritikan sosial dalam pantun melalui unsur metafora dapat menggambarkan ketinggian akal budi orang Melayu pada zaman dahulu. Kajian ini bertujuan mengenal pasti unsur metafora yang terdapat dalam pantun dan menganalisis kritikan sosial dan nilai dalam pantun berdasarkan teori Relevans. Ia akan melihat bagaimana metafora dalam pantun boleh berperanan sebagai kritikan sosial. Data yang digunakan ialah buku oleh Tenas Effendy 2004 yang bertajuk Tunjuk Ajar dalam pantun Melayu, diterbitkan di Yogyakarta oleh Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu. Kajian ini akan menggunakan Teori Relevans. Teori ini mementingkan pemprosesan maklumat dan mampu membantu pembaca memahami unsur metafora yang dilakarkan dengan saintifik. Justeru, kritikan sosial yang wujud dalam pantun Melayu tradisional bukanlah datang sebagai sebuah hiburan semata-mata Volume 3 Issue 6 March 2021 PP. 31-41 DOI Copyright © GLOBAL ACADEMIC EXCELLENCE M SDN BHD - All rights reserved 32 sebaliknya mempunyai makna yang lebih mendalam. Pantun ini mempunyai unsur metafora sehingga dapat membentuk kritikan yang sinis dan tajam. Kata Kunci Pantun, Metafora, Teori Relevans, Korpus, Sosial Abstract Criticisms in traditional Malay works are produced in various forms, and usually, the criticisms are not conveyed in an explicit or blunt manner. Therefore, the language used to convey the criticisms is figurative language filled with similes and metaphors. These forms of criticisms can be observed in proverbs, pantuns, and other forms of poems, songs, tales of humour and of animals, folktales, sagas, and historical literature. Social criticisms through metaphorical elements in poems are able to depict the wisdom of the Malays in the times of old. This paper aims to identify the metaphorical elements found in pantuns and analyse the social criticisms and values in them based on the Relevance theory. It will see how metaphors in pantuns play the role of social critics. Data used for this study is from a book by Tenas Effendy 2004 titled Tunjuk Ajar Dalam Pantun Melayu, published in Yogyakarta by Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu. This study will apply the Relevance theory, where this theory emphasises the processing of information and is able to assist readers to understand the metaphorical elements that are scientifically represented. Thus, social criticisms that exist in traditional Malays pantuns are not only for entertainment purposes but also carry a far deeper meaning. Pantuns have metaphorical elements where they are able to create cynical and sharp criticisms. Keywords Pantuns, Metaphors, Relevance Theory, Corpus, Social Pengenalan Istilah “kesusasteraan” dalam bahasa Melayu/Indonesia berkembang daripada kata Sanskrit sastra. Akar kata sas- adalah kata terbitan terbitan bermakna “mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi. Dan akhiran –tra biasanya menunjukkan alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran; misalnya silpasastra buku tentang senibina, kavysastra buku tentang puisi “kawi” dan kamasastra sebagai buku tentang seni cinta dan perkasihan. Daripada kata “sastera” terdapat pula susastera. Awalan su- itu daripada bahasa Sanskrit juga yang membawa maksud baik atau indah. Imbuhan -ke dan -an ditambah untuk memperlengkapkan bentuk kata terbitan yang memberikan makna yang padu dan menyeluruh iaitu segala yang tertulis, yang bernilai seni dan estetik dengan maksud memberikan panduan, petunjuk dan pengajaran Harun Mat Piah, 2000 2. Dalam kelompok kesusasteraan Melayu tradisional, pantun merupakan wadah sastera berbentuk lisan yang disampaikan secara turun temurun daripada satu generasi kepada generasi yang berikutnya. Bentuk lisan ini juga dikenali sebagai sastera rakyat. Ia juga terbahagi kepada dua jenis iaitu berbentuk cerita dan bukan cerita. Pantun, peribahasa, teromba, mantera, zikir, gurindam dan lain-lain adalah sastera lisan di bawah kategori bukan cerita. Volume 3 Issue 6 March 2021 PP. 31-41 DOI Copyright © GLOBAL ACADEMIC EXCELLENCE M SDN BHD - All rights reserved 33 Keindahan pantun bukan sahaja terletak pada pilihan kata serta kalimatnya yang berima, tetapi terkandung di dalamnya makna dan falsafah yang sangat baik mewakili pancaran pemikiran masyarakat tradisi dahulu. Terdapat banyak pantun yang terakam di dalamnya tunjuk ajar, atau nasihat dan berkaitan tentang cara hidup beragama, bermasyarakat, dan berkeluarga. Sorotan Literatur Pemikir-pemikir dan pengkaji Melayu telah lama membuat kajian terhadap isu kritikan sosial dalam genre-genre ini, antaranya Mohd. Taib 1988, S. Othman Kelantan 1997, Hassan 2003, Harun 2004, Muhammad 2006, Ahmad Fuad & Zaitul Azma 2007, Zurinah et. al 2008, Zaitul Azma & Ahmad Fuad 2011. Ada antara kajian-kajian ini memberi fokus kepada satu-satu kategori misalnya Muhammad 2006, Ahmad Fuad & Zaitul Azma 2007, Zurinah et. Al 2008, membincangkan kritikan sosial dalam genre pantun, Zaitul Azma & Ahmad Fuad 2011 menyentuh isu etika masyarakat Melayu dalam peribahasa manakala Harun memusat kepada genre prosa. Namun ada juga kajian yang membincangkan isu kritikan sosial dalam karya Melayu tradisional tanpa mengasingkannya mengikut genre, atau semua genre dibincangkan serentak. Sehubungan itu, dapat difahami bahawa genre karya Melayu tradisional hanyalah membezakan bentuknya tetapi pemikiran dan cetusan minda yang menghasilkannya adalah sama. Pantun dan peribahasa tidak menampilkan perbezaan yang besar dari segi bentuknya, kerana peribahasa itu sendiri kadangkala dimasukkan ke dalam pantun. Begitu juga halnya bagi isu kritikan sosial dalam kedua-dua genre ini. Muhammad 2006 menemukan bahawa pantun yang melibatkan konflik dan kritikan lebih banyak datang dalam bentuk peribadi tetapi kurang melibatkan masyarakat sosial. Bagaimanapun, S. Othman Kelantan 1997, Ahmad Fuad & Zaitul Azma 2007, Zurinah et. al 2008 dan Zaitul Azma & Ahmad Fuad 2011 mendapati pantun dan peribahasa juga menjadi salah satu alat kritik sosial dalam masyarakat melalui sindiran, ejekan, kiasan, gurauan dan bantahan. Kritikan ini disampaikan dengan satu objektif iaitu sebagai pesanan, nasihat, pengajaran dan membetulkan kepincangan yang berlaku dalam masyarakat. Teori Relevans yang diasaskan oleh Dan Sperber dan Deidre Wilson pada tahun 1986 melalui buku Relevance Communication and Cognition 1986 menekankan bentuk komunikasi yang dapat difahami antara penutur dengan pendengar. Penutur seharusnya dapat menjamin setiap yang dibualkan itu benar-benar relevan serta mudah untuk difahami oleh pendengar. Tiga konsep penting yang ditekankan oleh Teori Relevans dalam pentafsiran makna ialah konteks, kesan konteks dan kos proses. Dengan itu, konteks haruslah seimbang dengan masa memproses bagi menghasilkan kandungan maklumat yang diharapkan. Metodologi Kajian Kajian ini akan melihat bagaimana metafora dalam pantun boleh berperanan sebagai kritikan sosial. Data yang digunakan ialah buku oleh Tenas Effendy 2004 yang bertajuk Tunjuk Ajar dalam pantun Melayu, diterbitkan di Yogyakarta oleh Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu. Kajian ini akan menggunakan Teori Relevans, teori yang mementingkan pemprosesan maklumat mampu membantu pembaca memahami unsur metafora yang dilakarkan dengan saintifik. Volume 3 Issue 6 March 2021 PP. 31-41 DOI Copyright © GLOBAL ACADEMIC EXCELLENCE M SDN BHD - All rights reserved 34 Kajian ini melihat kritikan sosial melalui Teori Relevans dengan menggunakan korpus pantun bagi mensahihkan persepsi di atas. Eksplikatur dan implikatur pada mesej yang hendak disampaikan akan dicungkil bagi memudahkan pemahaman pembaca memahami kritikan sosial yang hendak disampaikan oleh pengarang. Data akan dianalisis menggunakan alat dan acuan linguistik iaitu Teori Relevans, iaitu teori yang mengkaji hubungan di antara komunikasi dan kognisi. Konsep ad hoc yang merupakan konsep penting dalam teori ini akan dijadikan acuan bagi memastikan dapatan yang bersifat santifik, iaitu bukan sahaja melepasi tahap kepadaan pemerhatian observational adequacy dan kepadaan penghuraian descriptive adequacy bahkan mencakupi kepadaan penjelasan explanatory adequacy Chomsky 1970. Dapatan Kajian Menurut Zainal Abidin Bakar yang dipetik dalam Mohd Rosli Saludin 2011 188 pantun terbahagi kepada tiga jenis iaitu sudut khalayak, sudut bentuk dan sudut tema. Pertama ialah sudut khalayak. Sudut khalayak ialah penutur dan pendengar pantun yang terdiri daripada kanak-kanak, dewasa dan orang tua. Kedua ialah sudut bentuk. Dan ketiga ialah sudut tema. Terdapat sebelas tema dalam pantun iaitu, pantun adat dan resam manusia, pantun agama dan kepercayaan, pantun budi, pantun jenaka dan permainan, pantun teka-teki, pantun kepahlawanan, pantun nasihat dan pendidikan, pantun peribahasa dan perbilangan, pantun kias dan ibarat, pantun kembara dan perantauan, dan pantun percintaan. Pantun ialah sejenis puisi yang terikat, umumnya terdiri daripada empat baris serangkap, mempunyai rima akhir a-b-a-b. Setiap rangkap mempunyai pembayang dan maksud. Pantun boleh menjadi dua baris, empat baris, enam baris, dua belas baris dan seterusnya pantun berkait. Pantun mempunyai peranannya yang tersendiri dalam masyarakat Melayu. Antara peranan pantun menurut Mohd Rosli Saludin 2011 189 ialah 1. Alat untuk mendapat gambaran masyarakat, terutamanya sebagai gambaran minda dan pemikiran masyarakat Melayu, pandangan hidup, harapan, dan cita-cita. 2. Alat untuk menguji ketajaman minda dan kehalusan perasaan. Sebagai contoh pantun teka-teki, pantun peribahasa dan lain-lain. 3. Diperguna juga dalam kegiatan seni, keagamaan dan adat istiadat. 4. Digunakan untuk pendidikan sama ada untuk menyindir, kiasan atau berterus terang. 5. Alat untuk hiburan dan bahan untuk jenaka seperti pantun jenaka, pantun permainan dan lain-lain. 6. Alat untuk berkomunikasi untuk menyampaikan isi hati. Sebagai contoh sanjungan, pemujaan dan ucapan selamat kepada seseorang dalam majlis upacara atau majlis rasmi. Berdasarkan fungsi pantun di atas maka pantun mempunyai peranan yang tersendiri dalam memberikan pengaruh nilai yang baik dalam kehidupan masyarakat tradisi. Fenomena berpantun dalam kalangan masyarakat tradisi amat penting kerana ia berhubung kait dengan pancaran akal budi pemikiran masyarakat pada masa itu disamping memberi hiburan dan didaktik atau pengajaran kepada khalayak. Volume 3 Issue 6 March 2021 PP. 31-41 DOI Copyright © GLOBAL ACADEMIC EXCELLENCE M SDN BHD - All rights reserved 35 Masyarakat Melayu memilih untuk berkata-kata secara beralas dalam semua aspek kehidupan termasuk ketika menyampaikan kritikan. Oleh sebab kritikan itu tajam, maka disampaikan secara beralas dan berkias agar pihak yang mendengar tidak terasa hati sekali gus mampu menjaga air muka si pendengar. Orang Melayu sangat menjaga keharmonian dalam bermasyarakat, dan ini dibuktikan dengan cara mereka berbahasa. Pengarang pantun dan peribahasa menggunakan bahasa-bahasa figuratif atau kiasan seperti metafora, perumpamaan, tamsilan dan personifikasi yang lazimnya berkaitan dengan unsur alam. Pemilihan unsur alam ini dipengaruhi oleh latar hidup masyarakat Melayu pada zaman tersebut. Pengalaman budaya yang dikongsi oleh orang Melayu ini mendorong pemahaman yang baik dalam mentafsir makna pantun dan peribahasa yang disampaikan, kerana penutur dan pendengar berada dalam konteks yang sama. Apa yang lebih penting bagi si penutur adalah mesej yang ingin disampaikan melalui bahasa kiasan itu dapat diterima oleh si pendengar. Antara tema-tema kritikan sosial yang terdapat dalam pantun dan peribahasa Melayu adalah seperti percintaan, etika, kekeluargaan dan sifat-sifat manusia sama ada yang baik mahupun yang buruk. Dalam tema percintaan, kritikan atau peringatan yang sering diungkapkan adalah berkenaan tatasusila mencari dan memilih pasangan, menjaga kehormatan, menghargai pasangan, dan kesetiaan. Dalam aspek etika pula, kritikan sosial menunjukkan bahawa orang Melayu peka terhadap masyarakatnya sendiri, sentiasa menegur tingkah laku yang tidak bermoral dan sebagai teladan kepada generasi akan datang tentang tindakan yang wajar dan tidak wajar dilakukan. Masyarakat juga diberi panduan dalam mendidik anak-anak dan menghormati orang tua. Masyarakat Melayu turut mengecam sifat-sifat yang buruk agar tidak diikut dan dibiasakan dalam kehidupan misalnya sifat tamak, khianat, sombong, hasad dengki, malas, kedekut dan banyak lagi. Sifat-sifat mulia pula seperti bersopan-santun, rajin, berbudi, muafakat, berilmu, beradat dan lain-lain dipuji agar menjadi ikutan dan amalan sepanjang hayat. Secara umumnya, sifat-sifat yang mulia ini adalah berlandaskan akhlak yang baik mengikut ajaran Islam. Sebagaimana perbincangan hasil penemuan kajian-kajian di atas, kritikan sosial dalam pantun dan peribahasa lebih menjurus kepada pesanan, teguran dan nasihat dalam kalangan ahli masyarakat Melayu yang biasanya tinggal secara kolektif. Hanya sedikit ditemui pantun dan peribahasa yang secara khusus mengkritik pihak pemerintah atau pihak kerajaan dan pantun tersebut juga terkandung dalam hikayat atau cerita rakyat. Kritikan terhadap pihak pemerintah sebenarnya lebih tertumpu dalam genre prosa sama ada dalam bentuk karya lipur lara, cerita binatang, hikayat dan sastera sejarah. Ada beberapa data yang telah berjaya dikutip dalam pantun tersebut yang boleh dijadikan sumber data. Data ini seterusnya dikategorikan berdasarkan konsep eksplikatur dan implikatur. Dari sini akan terserlah kritikan sosial yang cuba dicungkil dari dahulu hingga kini oleh pengarang tradisi. Daripada data yang tersenarai, ada dua nilai yang boleh ditemui sebagai kritikan sosial dan dinyatakan dalam bentuk metafora iaitu Volume 3 Issue 6 March 2021 PP. 31-41 DOI Copyright © GLOBAL ACADEMIC EXCELLENCE M SDN BHD - All rights reserved 36 Kritikan Sosial Dalam Pantun Dan Teori Relevans Nilai adab Ini semua boleh digambarkan melalui ujaran eksplisit dan implisit. Contohnya, berkaitan dengan nilai adab. Dalam pantun Melayu banyak diujarkan tentang nilai adab yang perlu dipatuhi oleh masyarakat dan wujudnya pengajaran kepada masyarakat sekiranya sesuatu adab itu tidak dipatuhi. Ia mungkin akan dikenakan tekanan sosial oleh masyarakat, agama dan sistem adat itu sendiri. Maka, nilai yang baik dalam pantun Melayu boleh membentuk jati diri orang Melayu untuk menjadi lebih beradab dan baik. Contoh pantun tentang adab Data Eksplikatur Dan Implikatur Nilai Adab Kalau bertanak dengan menggulai Mengacau gulai pecah isinya Kalau gelak nak jangan mengilai Kalau mengilai rendah budinya. Tunjuk Ajar dalam Pantun Melayu 84 Biar orang mencabut cendawan Kita mencabut padi kan mati Biar orang berebut bangsawan Kita berebut budi pekerti Tunjuk Ajar dalam Pantun Melayu 109 Beberapa leksikal berbantukan konteks dalam teks di atas tidak bersifat harfiah. Metafora itu didatangkan oleh pengarang dengan tujuannya yang tersendiri, selari dengan tujuan pantun tersebut dicipta. Maka sudah pasti banyak makna tersirat yang perlu dicungkil. Melalui analisis ad-hoc yang boleh mencungkil makna metafora sama ada melalui penyempitan atau peluasan makna, bentuk-bentuk logik iaitu makna harfiah dikeluarkan, dan seterusnya andaian implikatur dan kesimpulannya dibina sebagaimana dalam jadual di bawah Kalau bertanak dengan menggulai Mengacau gulai pecah isinya Bertanak ialah perbuatan memasak nasi dan menggulai ialah perbuatan memasak lauk pauk Perbuatan memasak dan menggulai yang elok ialah memasak tidak mengacau-ngacau lauk pauk tersebut sehingga rosak dan hancur. Perbuatan gelak atau ketawa yang kuat dan mengilai itu melambangkan orang yang tiada adab dalam masyarakat Melayu Jadual 1 Interpretasi Data Nilai Adab Volume 3 Issue 6 March 2021 PP. 31-41 DOI Copyright © GLOBAL ACADEMIC EXCELLENCE M SDN BHD - All rights reserved 37 Biar orang mencabut cendawan Kita mencabut padi kan mati Cendawan boleh dicabut dan boleh hidup subur selepas dicabut tetapi padi tidak boleh dicabut kerana ia akan mati Perbuatan mencabut cendawan adalah biasa dalam masyarakat Melayu tetapi perbuatan mencabut padi adalah dilarang sama sekali Melambangkan orang yang mesti mementingkan budi pekerti melebihi kekayaan hidup seperti bangsawan Jadual 2 Interpretasi Data Nilai Adab Beberapa leksikal yang memainkan peranan penting untuk menyingkap metafora pantun ini dianalisis agar makna dan kritikan sosial yang ingin disampaikan oleh pengarang dapat dicapai. Eksplikatur dalam jadual-jadual di atas pada peringkat pemahaman semantiknya tidak menimbulkan apa-apa keraguan dan ketersiratan. Hal ini kerana interpretesi yang dilakukan tidak mengambil kira konteks yang melingkungi wacana tersebut. Bagi mengisi kelompongan tersebut, pendekatan pragmatik khususnya teori Relevans mampu mencari makna sebenar yang ingin disampaikan oleh pengarang menerusi metafora tersebut. Teori Relevans sangat mementingkan konteks dan kesan konteks, kerana dengan adanya kedua-dua konsep ini maklumat yang ingin disampaikan akan menjadi relevan sesuai, difahami dan diterima kepada pendengar. Ternyata pengarang Melayu tradisional walaupun tidak pernah mengenal sebarang teori linguistik pada zaman tersebut, mampu menepati konsep relevan ini dalam karya mereka. Contoh pantun di atas ialah mengenai adab dan perilaku seseorang supaya tidak ketawa dengan kuat sehingga mengilai, ia memberi gambaran tentang adab yang tidak baik dan wajar dihindari. Ia bersesuaian dengan agama Islam yang melarang kita daripada sifat riak, sombong dan takbur. Sikap ketawa dengan sekuat hati dan mengilai yang digambarkan boleh menyebabkan seseorang itu mudah menjadi sombong dan riak sehingga harga dirinya menjadi rendah pada pandangan masyarakat di sekelilingnya. Dalam Jadual 1, apabila bentuk logik bagi perbuatan gelak difahami dan digandingkan bersama eksplikatur, maka keraguan dan ketersiratan makna telah dapat dihidu oleh pembaca. Perbuatan gelak ialah perlakuan yang menimbulkan gelihati kepada seseorang individu. Dan seseorang itu boleh gelak dalam bermacam-macam cara. Namun begitu, dalam pantun ini gelak yang mengilai adalah dilarang sama sekali buktinya daripada leksikal dan frasa seperti rendah budinya mengukuhkan andaian pembaca lantas membina kesan kognitif dan mendorong kepada pemprosesan maklumat bahawa gelak sehingga mengilai adalah suatu perbuatan yang tidak elok. Frasa “kalau bertanak dengan menggulai, mengacau gulai pecah isinya” adalah metafora yang dapat dicapai melalui konsep ad hoc peluasan. Volume 3 Issue 6 March 2021 PP. 31-41 DOI Copyright © GLOBAL ACADEMIC EXCELLENCE M SDN BHD - All rights reserved 38 Nilai Malu Seterusnya menurut Wan Abdul Kadir 2000 56 konsep malu yang digunakan dalam masyarakat Melayu boleh membawa dua pengertian atau makna. Pertama, malu yang membawa pengertian segan atau kurang selesa untuk melakukan sesuatu. Misalnya malu bertanya sesat jalan, malu makan akan lapar, dan malu bekerja akan menjadi miskin. Sikap malu seperti ini amat merugikan seseorang dan boleh membawa kesan buruk. Perasaan malu yang timbul seperti itu boleh dianggap suatu sikap yang negatif dan boleh mempengaruhi orang Melayu menjadi lemah. Sikap malu seperti ini selalu pula difahami sebagaimana malu dalam maksud yang kedua, iaitu rasa malu kerana melakukan kesalahan. Antara pantun yang mengingatkan kita supaya tidak melakukan kesalahan-kesalahan ialah Tembuk labu di balik peti Daun cabai dipatuk balam Menengok Penghulu asyik berjudi Turun Wak Lebai menyabung ayam. Tunjuk Ajar dalam Pantun Melayu 141 Tembuk labu di balik peti Daun cabai dipatuk balam Labu dan daun cabai ialah sejenis buah dan tumbuh-tumbuhan Perbuatan menembuk labu secara bersembunyi di belakang peti dan daun cabai yang telah rosak akibat perbuatan dipatuk balam Melambangkan sikap pemimpin yang tidak patut dicontohi dan perilaku yang tidak baik. Jadual 3 Interpretasi Data Nilai Malu Sifat “malu” yang tinggi melambangkan wajah bangsa Melayu yang mempunyai jati diri yang baik. Tertanam di dalam pemikiran mereka bahawa kedua-dua nilai ini iaitu nilai adab dan nilai malu saling berhubungkait di antara satu sama lain. Sekiranya masyarakat Melayu melanggar tatasusila adab yang telah tertanam dalam pemikiran masyarakat Melayu sejak zaman dahulu lagi maka mereka akan menerima suatu tekanan sosial sama ada dari segi undang-undang, masyarakat dan agama. Konsep malu yang dipupuk dalam masyarakat Melayu adalah bersesuaian dengan nilai-nilai Islam, iaitu perasaan hina kerana melakukan penyelewengan atau kesalahan. Perasaan malu yang berkaitan dengan perlakuan-perlakuan yang boleh membawa malu kepada siri seseorang sangat ditekankan oleh orang-orang Melayu, terutama semasa mendidik anak-anak. Semasa kecil lagi anak-anak dididik supaya mereka dapat memahami dan membezakan perlakuan-perlakuan yang boleh membawa malu dan tidak. Perbuatan yang memalukan ialah apabila melibatkan dengan kes-kes penyelewengan atau kesalahan. Semakin besar kesalahan yang dilakukan oleh seseorang bermakna semakin meningkat perasaan malu yang dirasainya Wan Abdul Kadir, 2000 57. Volume 3 Issue 6 March 2021 PP. 31-41 DOI Copyright © GLOBAL ACADEMIC EXCELLENCE M SDN BHD - All rights reserved 39 Penutup Setelah data dianalisis menggunakan teori Relevans, terbukti bahawa kritikan sosial yang wujud dalam pantun Melayu tradisional bukanlah datang sebagai sebuah hiburan semata-mata sebaliknya mempunyai makna yang lebih mendalam. Pantun ini mempunyai unsur metafora sehingga dapat membentuk kritikan yang sinis dan tajam. Hal ini membuktikan bahawa pengarang Melayu tradisional adalah golongan cendekiawan dan peninggalan mereka perlu kita hargai dan banggakan, iaitu pantun Melayu. Justeru, nilai keindahan dan pengajaran yang terdapat dalam pantun Melayu menjadi suatu wadah sumber hiburan dan pemikiran masyarakat Melayu tradisi. Rujukan Abdullah Hassan. 1990. “Semiotik dan bahasa” dlm Kesusasteraan daripada Perspektif Semiotik. Supardy Muradi. Peny. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka 1992. Membaca dan Menilai Sastera. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka. Ahmad Fuad Mat Hassan. 2007. “Unsur Ironi dan Metafora dalam Pantun Melayu” dlm Seminar Pantun Melayu Semalam, Hari Ini dan Esok. Institut Alam dan Tamadun Melayu, Bangi Universiti Kebangsaan Malaysia, 6-7 Disember 2007. Chomsky. 1970. Current Issues in Linguistic Theory. Ed. Ke-5. Mouton The Hague. Ding Choo Ming. 2009. Manuskrip Melayu Sumber Maklumat Peribumi Melayu. Bangi Universiti Kebangsaan Malaysia. Harun Mat Piah 2000. Kesusasteraan Melayu Tradisional Edisi Kedua. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka Harun Mat Piah 2006. Kesusasteraan Melayu Tradisional. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka. Harun Jaafar. 2004. Ikhtisar Kebudayaan dan Prosa Melayu Klasik. Tanjung Malim Penerbit Universiti Pendidikan Sultan Idris Haron Daud. 2001. Mantera Melayu Analisis Pemikiran. Pulau Pinang Universiti Sains Malaysia. Haron Daud. 2004. Ulit Mayang Kumpulan Mantera Melayu. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka. Hasan Mat Nor. 2007. Mantera, perbomohan dan pandangan semesta Melayu dari perspektif sosiologi dan antropologi. Pandangan Semesta Melayu Mantera. Rogayah & Mariyam Salim peny. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka. Hassan Ahmad. 2003. “Menemui Jati Diri Bangsa Melayu dalam Karya Agung Melayu” dlm. Sahlan Mohd Saman et. al Pnyt.. Persuratan Melayu Pemerkasaan Warisan Bangsa. Siri Seminar Antarabangsa Kesusasteraan Melayu VII. Pusat Pengajian Bahasa, Kesusasteraan dan Kebudayaan Melayu. Bangi Universiti Kebangsaan Malaysia Hassan Ahmad. 2003. Metafora Melayu Bagaimana Pemikir Melayu Mencipta Makna dan membentuk Epistemologinya. Bangi Akademi Kajian Ketamadunan. Hussain Othman. 2008. “Conceptual Understanding of Myths and Legends in Malay History”. Jurnal Sari. 26. hlm. 91-110. Bangi Universiti Kebangsaan Malaysia Ismail Hussein. 1974. The study of traditional Malay literature. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka. Kamus Dewan Edisi Keempat. 2007. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka. Kamaruddin M. Said. 2007. “Minda Orientalis dan Minda Pascakolonial Politik Membaca Hikayat Hang Tuah.” Akademika. 41-56. Volume 3 Issue 6 March 2021 PP. 31-41 DOI Copyright © GLOBAL ACADEMIC EXCELLENCE M SDN BHD - All rights reserved 40 Mazarul Hasan Mohamad Hanapi, Norazimah Zakaria & Mohd Rosli Saludin. 2015. “Bahasa dalam Mantera Mengikut Budaya Melayu” dlm Jurnal Rumpun. Tanjong Malim Persatuan Penulis Budiman Malaysia. Mazarul Hasan Mohamad Hanapi, Norazimah Zakaria, Norazilawati Abdullah, Mohd Amir Mohd Zahari, Dian Syahfitri, Norfaizah Abdul Jobar, Mohd Nazir Md Zabit. 2020. “The Use Of Multimedia Materials To Develop Higher Order Thinking Skills In Writing Of Bahasa Melayu Essay Among Orang Asli Primary School Students” in Solid State Technology. Volume 63 Issue 6 Mazarul Hasan Mohamad Hanapi, Norazimah Zakaria, Abdul Halim Ali. 2017. Fungsi dan Simbol dalam Mantera mengikut Konteks Budaya Melayu. EDUCATUM Journal of Social Sciences. Isu 1. Perak Penerbit UPSI Mana Sikana. 2012. Teori Sastera Kontemporari. Bangi Penerbit Pustaka Karya. Mohamad Hanapi, M. H., Zakaria, N., & Ali, A. 2017. Fungsi dan Simbol dalam Mantera Mengikut Konteks Budaya Melayu. EDUCATUM Journal of Social Sciences, 31, 21-29. Mohd. Taib Osman. 1988. Bunga Rampai Aspects of Malay Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur. Noriah Taslim. 2010. Lisan dan Tulisan Teks dan Budaya. Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur. Noriah Mohamed. 2006. Sentuhan Rasa dan Fikir dalam Puisi Melayu Tradisional. Bangi Universiti Kebangsaan Malaysia. Norazimah Zakaria. 2019. "The Beauty And Benefits Of Proverbs As A Symbol Of The Mind" in Journal Of Advance Research in Dynamical & Control Systems, Vol. 11, Special Issue-07 Norazimah Zakaria, Mazarul Hasan Mohamad Hanapi, Lajiman Janoory, Mohd Amir Mohd Zahari and Abdul Halim Ali. 2020. “Author’s Ethicsin The Writing Of Traditional Malay Literature” in Hamdard Islamicus, Vol. 43 No. 2020, p. 1998-2008. Islamicus/ Rogayah & Mariyam Salim peny. 2007. Pandangan Semesta Melayu Mantera. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka. S. Othman Kelantan. 1997. Pemikiran Satira dalam Novel Melayu. Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur. Siti Hawa Haji Salleh. 2009. Kelopak Pemikiran Sastera Melayu. Bangi Universiti Kebangsaan Malaysia. Sulalatus Salatin. 1996. Ahmad peny. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka Sperber, D. & Wilson, D. 1999. Relevans Komunikasi & Kognisi. Diterjemah oleh Nor Hashimah Jalaluddin. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka. Tenas Effendy. 2004. Tunjuk Ajar dalam pantun Melayu. Yogyakarta Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu Tenas Effendy. 2008. “Kearifan Orang Melayu Berbahasa.” Siri Syarahan Raja Ali Haji. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka. Umar Junus. 1989. Fiksyen dan Sejarah Suatu Dialog. Kuala LumpurDewan Bahasa dan Pustaka. Wan Abdul Kadir 2000. Tradisi dan Perubahan Norma dan Nilai di Kalangan Orang-Orang Melayu. Masfami Enterprise. Zakaria, N., Mohamad Hanapi, M. H., Harun, M., & Mohd, F. H. 2019. Mythical Elements Based on Traditional Malay Literature Text. International Journal of Humanities, Philosophy and Language, 1997, 78–87. Volume 3 Issue 6 March 2021 PP. 31-41 DOI Copyright © GLOBAL ACADEMIC EXCELLENCE M SDN BHD - All rights reserved 41 Zakaria, N., Mohamad Hanapi, M. H., Harun, Nur Farahkhanna Mohd Rosli, Azhar Wahid and Ani Omar. 2020. “Malay Authors Strategies in Displaying the Intelligence of the Figures and Its Effects in Traditional Malay Literary Texts” in International Journal of Innovation, Creativity and Change. Volume 11, Issue 5 Zakaria, N., Mohamad Hanapi, M. H., Harun, Hasrina Baharum and Siti Nor Amalina Ahmad Tajuddin. 2020. “The Universality of the Similarities and Differences between Malay and Chinese Mythologies” in TEST Engineering and Management Journal. March-April 2020. – 1548 Zakaria, N., Mohamad Hanapi, M. H., Alizah Lambri, Nordiana Hamzah and Normarini Norzan. 2019. “The Beauty And Benefits Of Proverbs As A Symbol Of The Mind” in Journal of Advance Research in Dynamical & Control Systems, Vol. 11, Special Issue-07 Zakaria, N., & Hanapi, M. H. M. 2020. “Keindahan Simbol dan Makna dalam Pantang Larang Masyarakat Melayu”. International Journal of Modern Trends in Social Sciences, 3 12, 01-12. DOI 312001 Zurinah Hassan, Salinah Ja‟afar & Tengku Intan Marlina Tengku Mohd Ali. 2008. “Kritik Sosial dalam Pantun Melayu Lambang Ketekalan Minda.” dlm Seminar Kebangsaan Puisi Melayu Tradisional. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka,. 24-25 November 2008. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this is a very dominant element in traditional Malay literature. The myths are not set forth in an unorganized manner or randomly, but instead are based on the belief patterns that are already in existence, and this reflects the connection of the society’s thinking with elements of animism that serve as the background of their lives before the arrival of other beliefs. Examples of the development of myth stories can be observed in hikayat literary works in traditional Malay literature like Hikayat Merong Mahawangsa and Sejarah Melayu. Meanwhile, examples of oral stories are those found in Cerita Rakyat Malaysia 2008. The aim of this article is to identify the functions of myths found in traditional Malay literature. This article will use the Sociology of Literature approach by Plummer, Ken 1997. The approach of this paper draws on to the questions of how myths became the belief of the society and what is the function of myths in traditional Malay literature texts. The functions of myths can be seen based on these questions. Elements of myths in historical works are narrations that are believed by the locals as actual occurrences that have happened in their locality in the past. Hence, the myth stories became the basis and answers to the inquisitiveness of the people of the past time. The other purpose is to uphold the royal dignity. In traditional literature, literature is viewed as the mirror of society and their documents. The role of myth stories is not only to explain their functions in the society but also to reveal the creativity of the writer or orator and the storyteller. But here, the presence of mythical elements explains to us the relationship of the work from the aspect of thoughts and the world view of that society in the past. Norazimah ZakariaMantera ialah karangan berangkap yang menerangkan world-view dan kosmos bagi manusia berhubung dengan makhluk-makhluk ghaib. Mantera menerangkan pemikiran tentang peranan dan kepentingan manusia untuk menguasai ilmu, menghayati alam sekitar, dan hubungan manusia dengan kehidupan, sebuah ekspresi intelektual serta memberi penekanan kepada keindahan dan kehalusannya iaitu dari segi budi dan bahasanya. Objektif makalah ini ialah pertama mengenal pasti fungsi mantera dalam masyarakat Melayu dan kedua mengenal pasti penggunaan simbol dalam mantera. Mantera mempunyai unsur simbolisme yang boleh dilihat melalui penggunaan bahasanya. Ia penting dalam mempengaruhi pemikiran seseorang individu untuk menjadi lebih sempurna dalam kehidupan mereka dan kehidupan bermasyarakat. Kajian ini bertitik tolak daripada teori semiotik Peirce yang mengemukakan tiga perkara iaitu ikon, indeks dan simbol. Dalam makalah ini, prinsip simbol akan digunakan untuk melihat pemilihan kata-kata dalam mantera sebagai cerminan lambang akal budi orang Melayu. Teori semiotik ini tidak akan dilihat sebagai dunia yang autonomous tetapi akan dihubungkan dengan konteks atau budaya masyarakat yang melahirkan mantera. Justeru keindahan kata-kata dalam mantera bukan sahaja terletak pada pilihan kata serta kalimatnya yang berima, tetapi terkandung di dalamnya makna dan falsafah yang sangat baik mewakili pancaran pemikiran masyarakat tradisi dahulu. Mantera juga dapat menerangkan pemikiran tentang peranan dan kepentingan manusia untuk menguasai ilmu, menghayati alam sekitar, dan hubungan manusia dengan kehidupan, sebuah ekspresi intelektual serta memberi penekanan kepada keindahan dan kehalusannya iaitu dari segi budi dan dan bahasa" dlm Kesusasteraan daripada Perspektif Semiotik. Supardy Muradi. PenyAbdullah HassanAbdullah Hassan. 1990. "Semiotik dan bahasa" dlm Kesusasteraan daripada Perspektif Semiotik. Supardy Muradi. Peny. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka 1992. Membaca dan Menilai Sastera. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Melayu Tradisional Edisi KeduaHarun Mat PiahHarun Mat Piah 2000. Kesusasteraan Melayu Tradisional Edisi Kedua. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan PustakaKesusasteraan Melayu TradisionalHarun Mat PiahHarun Mat Piah 2006. Kesusasteraan Melayu Tradisional. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Kebudayaan dan Prosa Melayu KlasikHarun JaafarHarun Jaafar. 2004. Ikhtisar Kebudayaan dan Prosa Melayu Klasik. Tanjung Malim Penerbit Universiti Pendidikan Sultan Idris Dibawahini telah kami tampilkan 59 artikel yang berkaitan dengan kata kunci yang anda cari yaitu Pantun Kritik Sosial Pantun Cinta Romantis Dan Pantun Nasehat Terbaru Dan Keren 2017 pantun jenaka 4 bait, pantun romantis buat pacar laki laki, drama bercampur dengan pantun bertema ejekan, berbalas pantun pendidikan, makna pantun teka teki, berbalas pantun persahabatan, pantun nasehat
Pantun Karya Nenek Moyang – Setiap bangsa memiliki cara penyampaian puitik yang berbeda-beda tentang pikiran, perasaan, tanggapan terhadap lingkungan sekitar. Bangsa Jepang memiliki Haiku dan Tanka, sedangkan Bangsa Eropa mengistilahkannya dengan sebutan Soneta dan Kuatrin. Begitu pula dengan Bangsa Melayu yang memiliki pantun karya nenek moyang sebagai wadah penyampaian puitiknya. Berbicara tentang pantun, warisan budaya ini sudah umum dikenal oleh masyarakat. Sejak kecil, anak-anak Melayu sudah dikenalkan dengan sastra lama ini. Pantun yang identik dengan pengungkapan pikiran, perasaan, tumbuh dan berkembang bersama budaya masyarakat. Berikut ini penjelasan tentang sejarah pantun nenek moyang, ciri-ciri, serta contohnya Sejarah Lahirnya Pantun Karya Nenek Moyang Pantun merupakan sajak populer yang lahir dan berkembang dalam masyarakat Melayu. Tidak banyak yang tahu kapan tepatnya pantun lahir dan tercipta. Tidak ada bukti konkret tertulis tentang asal muasal dan bagaimana pantun terlahir. Abdul Jamal, seorang ahli sufi dan penyair pada abad ke-17 M menyebutkan pantun sebagai puisi yang biasa dilantunkan secara spontan. Penyampaian pantun secara lisan memiliki makna beragam, seringkali pantun dijadikan sebagai cara menyindir, berseloroh atau menghibur diri dan orang lain. Perkembangan pantun dari masa ke masa sangat dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat. Bentuk pantun pada zaman dahulu sudah jauh berbeda dengan yang dijumpai pada masa kini. Pantun lahir, berkembang dan populer di tengah-tengah masyarakat. Sudah pasti bentuk dan strukturnya terpengaruh oleh budaya dan perilaku masyarakat yang terus berkembang. Mengenali jenis pantun dapat dilihat dari ciri-cirinya. Baca Juga Pantun Kecewa Ciri-ciri Pantun Karya Nenek Moyang Sastra lama yang disampaikan secara lisan dan turun-temurun tidak akan memiliki wujud yang tetap. Ada banyak faktor yang mempengaruhi dan membuatnya berubah. Perubahan tersebut yang menjadikan pantun nenek moyang berbeda dengan pantun modern, meskipun secara struktur sajak masih tetap sama. Beberapa ciri yang sangat membedakan pantun dahulu adalah sebagai berikut 1. Memiliki Tema Adat-Istiadat, Kebiasaan dan Nasehat Hidup Ciri yang pertama sangat sesuai dengan fakta bahwa pantun terbentuk dan berkembang berdampingan dengan masyarakat. Hal ini menjadikan pantun memiliki kaitan dan terpengaruh dengan budaya setempat. Tema pantun biasanya berasal dari hal-hal di sekitar misalnya adat-istiadat masyarakat. Sebagai sastra lama, pantun mulanya hanya disebarkan melalui lisan, misalnya dalam ceramah keagamaan, acara adat ataupun dari orang tua kepada anaknya. Seorang ibu yang sedang menimang buah hatinya dengan spontan akan mengucapkan kalimat bersajak untuk memberi pengajaran. Contoh lainnya pada perkumpulan agama maupun adat, pantun biasa digunakan sebagai pembuka acara. 2. Menggunakan Kosa Kata Lama Mengenali pantun karya nenek moyang paling mudah jika dilihat dari kosa kata yang digunakannya. Bahasa lisan dan tulisan manusia mengalami perkembangan dari masa ke masa. Perubahan dan perkembangan tersebut juga mempengaruhi perkembangan pantun. Pantun yang dibuat oleh nenek moyang biasanya menggunakan bahasa Indonesia yang diadaptasi dari Bahasa Melayu. Penggunaan bahasa tersebut sangat berbeda dengan Bahasa Indonesia yang digunakan saat ini. Sehingga, pantun tersebut akan terdengar berbeda dan sulit dimengerti. 3. Menggunakan Peribahasa dan Kiasan Pantun karya nenek moyang lebih sarat makna dan ajaran. Penyusunan dan pemilihan kata jauh berbeda dengan pantun modern saat ini. Dahulu pantun sangat identik dengan penggunaan peribahasa sebagai isi pantun. Banyak pula pantun yang menggunakan kata kiasan untuk menyusun baitnya. Pantun yang menggunakan peribahasa lebih sulit untuk dipahami maknanya. Perlu ditelaah terlebih dahulu agar makna yang ingin disampaikan dimengerti dengan baik. Penggunaan kata kiasan juga memiliki arti yang kurang jelas dan tidak to the point. Pantun nasehat yang dibuat oleh nenek moyang dengan kata kiasan atau peribahasa lebih sulit dipahami. Berbeda dengan pantun modern dengan tema serupa yang dibuat dengan makna lebih jelas dan mudah dipahami. 4. Mengandung Isi/Makna Nilai Sosial dan Nilai Moral Selain penggunaan bahasa yang berbeda, pantun karya nenek moyang identik dengan makna nilai sosial dan moral. Pantun lama yang merupakan hasil pemikiran dan perasaan dan tanggapan terhadap kehidupan sehari-hari juga mempengaruhi maknanya. Makna sastra lisan ini tidak akan jauh dari nilai sosial dan moral kehidupan bermasyarakat. Pantun dengan makna nilai sosial umumnya mengajarkan tentang tindakan dan perilaku baik yang disarankan pada pendengarnya. Penyampaian pantun bertujuan untuk memberi informasi dan pelajaran tentang tata cara hidup bermasyarakat. Misalnya, saling menghargai sesama dan tolong menolong. Sedangkan pantun lama yang bermakna nilai moral mengajarkan tentang cara bersikap sesuai dengan norma kehidupan. Aturan norma tersebut terbentuk secara tidak langsung berdasarkan kebiasaan yang dianut masyarakatnya. Misalnya sopan santun dan tata krama dalam bertingkah laku kepada orang yang lebih tua. Contoh Pantun Karya Nenek Moyang Serta Penjelasan Maknanya Sebagai salah satu bentuk puisi lama, pantun disebarkan secara lisan hampir pada setiap penjuru tanah air. Pantun yang disampaikan secara lisan akan lebih berkesan, lebih menarik untuk didengarkan, dan mendapat respon secara langsung pula. Berikut ini beberapa contoh pantun lama karya nenek moyang yang biasanya diperdengarkan secara lisan serta maknanya 1. Pantun Bertema Budi Baik dan Kebiasaan Manusia Manusia tumbuh dan hidup dalam lingkungan sosial. Dalam bertingkah laku, manusia mengenal hal yang disebut budi baik dan kebiasaan. Kedua hal tersebut tumbuh dan dipelajari serta digunakan selama hidup. Pada zaman dahulu, pelajaran kehidupan tersebut diungkapkan dalam bentuk pantun. Misalnya seperti berikut ini Pulau tua ada di tengah Letak di balik Angsa terlihat Hancur jasad di dalam tanah Budi baik hanya satu diingat Pantun diatas memiliki makna tentang budi baik dan adab berperilaku. Pada bagian sampiran baris 1 dan 2, bercerita tentang alam, kondisi geologi suatu tempat, dan hal duniawi. Pada bagian isi baris 3 dan 4 melukiskan tentang peristiwa tersirat yang tidak kasat mata. Kalimat “hancur jasad di dalam tanah” menjadi kiasan kondisi seseorang yang telah meninggal dan lepas dari kehidupan dunia. Berikutnya yakni “budi baik hanya satu diingat” adalah pengajaran yang ingin disampaikan melalui pantun tersebut. Bahwasanya seorang yang telah tiada meninggal tidak akan menyisakan apapun untuk dikenang kecuali budi baik selama masih di dunia. Buah pisang bawa berlayar Sampai matang di atas guci Hutang emas dapat di bayar Hutang budi kekal sampai mati Makna pantun di atas adalah tentang budi baik yang tidak bisa dibalas. Hutang piutang barang di dunia bisa dibayar atau diganti. Berbeda dengan hutang budi. Hutang budi tidak bisa dilihat dan tidak berwujud. Tidak ada ukuran seberapa besar balas budi. Oleh sebab itu, hutang budi akan dibawa sampai mati. Baca Juga Pantun Keluarga 2. Pantun Bertema Nasehat Kehidupan Selain pantun bertema budi baik dan kebiasaan, ada pula pantun lama dengan tema nasehat kehidupan. Pantun jenis ini umumnya berisi nasehat-nasehat atau pelajaran hidup. Tujuannya untuk memberitahukan hal baik dan buruk agar tidak orang lain tidak salah melangkah. Contoh pantun lama bertema nasehat sebagai berikut Air surut memetik bayam Sayur dibawa gunakan kantung Jangan tiru tabiat ayam Bertelur sebiji ramai sekampung Makna yang terkandung dalam pantun lama di atas adalah nasehat kehidupan tentang nilai-nilai moral dalam masyarakat. Ayam yang berkokok riuh saat bertelur, entah banyak atau sedikit telur yang dihasilkan. Kebiasaan ayam tersebut menjadi tabiat dan akan selalu melekat pada dirinya. Sebagai manusia yang berakal budi, hendaknya tidak mencontoh tabiat ayam. Kebiasaan banyak bicara sedikit hasil adalah perilaku yang kurang baik. Misalnya manusia yang memiliki sedikit prestasi atau keberhasilan, jangan langsung diumbar-umbarkan pada orang lain. Nilai moral tentang adab bertingkah laku sangat membedakan manusia yang berakal dengan hewan tidak berakal. Tidak salah kayu terapung Salahnya pandan bila menderita Takkan salah ibu mengandung Lihatlah diri terlalu meminta Makna barisan pantun diatas adalah pandangan tentang seburuk apapun hidup seseorang, tidak benar jika mencari pembelaan apalagi menyalahkan hal lain. Menyalahkan takdir atau kelahiran atas nasib buruk yang diterima tidak benar untuk dilakukan. Baik dan buruknya hidup seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri. 3. Pantun Bertema Adat Istiadat Pantun nenek moyang yang diadaptasi dari bahasa Melayu mengekspresikan kearifan lokal dan adat-istiadat orang Melayu. Cinta kasih dan kritik sosial juga sering dijadikan tema pantun lama. Misalnya contoh pantun berikut Tak ada guna buah pepaya Kalau tidak legit dagingnya Tak ada guna tingkah dan gaya Kalau bahasa tidak dimilikinya Bangsa Melayu sangat menjunjung tinggi adat-istiadat dan kesopanan. Budi bahasa sebagai bentuk sopan santun lebih penting dibandingkan tingkah dan gaya hal duniawi. Hal ini sejalan dengan aturan dalam agama. Islam mengajarkan bahwa seseorang tidak dinilai berdasarkan penampilan luarnya saja, banyaknya harta atau tingginya jabatan yang dimiliki. Lebih dari itu, orang dinilai dari pengetahuan dan ilmu yang dikuasai. Misalnya cara bertutur kata menyampaikan pendapat dan gagasan. Hal sederhana ini akan membedakan kelas seseorang di mata orang lain. Perilaku yang baik, sopan santun akan lebih disukai dan terpandang daripada hanya bermodal harta tanpa ilmu dan adab. Ikan nila mudah terpantau Katak loncat terkena duri Siapa hidup di tanah rantau Baik-baik membawa diri Contoh lain dari pantun karya nenek moyang yang berisi nasehat terlihat pada penggalan pantun di atas. Bercerita tentang kehidupan perantauan, nasehat baik disampaikan agar seseorang selalu menjaga diri dan berbuat baik dimanapun berada. Berada jauh dari kampung halaman, seorang perantau harus bisa membawa diri dengan baik. Tidak hanya menyesuaikan dengan kondisi fisik tempat tinggal baru, tapi lebih jauh tentang kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Sebagai pendatang hendaknya menjadi pihak yang lebih aktif dalam menyesuaikan diri. Mencari cara agar dapat berbaur dan mengenal kebiasaan di tempat baru. Tidak lupa juga norma-norma yang berlaku dan adat istiadat setempat. Baca Juga Pantun Kemerdekaan 4. Pantun Bertema Kritik Sosial Selain pantun bertema nasehat dan adat diatas, ada pula pantun lama yang terbentuk atas dasar pemikiran dan tanggapan terhadap kondisi kehidupan. Pantun ini diutarakan sebagai kritikan atau pernyataan ketidakpuasan terhadap norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Contohnya sebagai berikut Sudah puas ku tanam ubi Nanas juga dilihat orang Sudah banyak ku tabur budi Emas lebih dipandang orang Kata nanas dan ubi berperan sebagai kiasan tentang hal lahiriah yang melekat pada diri seseorang. Ubi sebagai budi, hal penting yang tersembunyi selayaknya tanaman ubi dalam tanah. Sedangkan nanas, sebagai buah yang tumbuh di atas tanah akan lebih dipandang dan terlihat. Nanas diibaratkan emas, harta benda sebagai wujud kegemaran duniawi manusia. Penutup Pantun di atas hendak menyampaikan sebuah pesan tentang sebuah norma sosial yang kadang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Bahwa orang lebih suka melihat martabat seseorang emas dan harta benda secara tampilan lahiriah. Dibandingkan budi baik dan tingkah laku yang tidak tampak, meskipun perannya lebih penting. Demikian pembahasan mengenai pantun karya nenek moyang yang sudah ada dan dikenal sejak dahulu kala. Meskipun asal-muasal terciptanya tidak pernah ada keterangan pasti, tapi keberadaannya sudah mendarah daging dalam masyarakat. Sebagai bagian dari warisan budaya dari nenek moyang, sudah sepantasnya pantun menjadi hal yang dilindungi dan dilestarikan. Pantun Karya Nenek Moyang
Oleh Trimanto B. Ngaderi*) Keramahtamahan itu mendadak menjadi kekakuan. Sebuah pertanyaan atau lebih tepat sebuah kritikan, membuat sang kyai kebakaran jenggot. Merah mukanya tak dapat menyembunyikan kemarahan yang mendidih. Sorot matanya yang tajam menunjukkan kegeraman yang memuncak.

OlehDr. Zurinah HassanDr. Salinah binti Ja’afarDr. Tengku Intan Marlina Tengku Mohd AliAbstrakPantun merupakan satu khazanah bangsa yang mempunyai nilai yang amat tinggi dalam kalangan masyarakat Melayu. Penyusunan pantun yang diolah dengan rapi dan disusun indah mengandungi seribu satu maksud yang amat mendalam, yang menjadi wadah dalam menyampaikan nasihat, sindiran, gurauan dan luahan perasaan. Setiap lagu dan ungkapan yang digunakan bukan sahaja memperlihatkan irama yang indah, tetapi juga disusun denngan begitu teliti agar pemilihan perkataan yang digunakan dapat membayangkan corak pemikiran yang kritis. Masyarakat Melayu yang amat terkenal dengan budi bahasa dan budaya ketimuran yang mementingkan “air muka” dan adab sopan telah menjadikan pantun sebagai alat kritik sosial yang amat berkesan. Penggunaan pantun sebagai satu alat kritik sosial mencerminkan satu bentuk ketekalan minda yang dimiliki oleh masyarakat Melayu yang tidak mungkin ditelan zaman. Berikutan daripada itu, kertas ini akan membincangkan bagaimana pantun digunakan oleh masyarakat Melayu sebagai alat kritik sosial yang digunakan dari dahulu hingga merupakan satu khazanah yang amat bernilai dalam dunia Melayu. Pantun memang tidak asing kepada masyarakat Melayu. Secara langsung atau tidak langsung kita sentiasa bertembung dengan pantun. Saban hari kita mendengar pantun, bahkan pelbagai bentuk rakaman yang memanfaatkan pantun sebagai seni kata lagu yang menarik dan indah. Selalunya, seni kata lagu yang berbentuk pantun akan menjadi siulan para remaja Zainal Abidin Bakar 1984 3. Pantun telah menjadi sebati dengan jiwa dan budaya masyarakat Melayu satu masa dahulu. Perubahan masa telah menjadikan pantun semakin hari semakin jauh ditinggalkan. Anak-anak muda hari ini semakin melupakan pantun yang menjadi sebahagian daripada amalan hidup masyarakat Melayu lama yang sentiasa mementingkan adab dan adalah salah satu cabang puisi Melayu tradisional yang masih popular hingga ke hari ini. Ia tersebar luas melalui pelbagai media seperti lirik lagu, majlis-majlis dan pelbagai upacara, misalnya majlis perkahwinan. Malah pantun juga berkembang mekar di laman internet ada pantun net dan berbalas pantun dari seluruh dunia. Mengikut Muhammad Haji Salleh 2006 terdapat kekreatifan baru dunia pantun dalam bentuk bercetak, lisan radio, visual televisyen dan dunia siber termasuk di internet dan yang tersebar melalui khidmat pesanan ringkas atau sms di seluruh juga diadakan pertandingan antara kelas, antara sekolah dan antara negeri. Malah pertandingan pantun di Pesta Pantun Sekolah-sekolah Menengah Peringkat Kebangsaan turut ditaja oleh pihak-pihak seperti Dewan Bahasa dan Pustaka , RTM, Berita Harian. Pantun bukan sahaja hidup dalam majalah ilmiah sahaja, seperti Dewan Budaya, Dewan Sastera dan Pelita Bahasa malah dalam majalah-majalah jenaka dan komik seperti Ujang dan Din Lawak. Pantun juga menjadi media iklan, misalnya;Kek lapis dan kuih bahulu,Menjadi juadah di Hari raya;Kalau puan-puan ingin tahu,Semua perkakasan ada di IKEA.Utusan Malaysia 13 Oktober 2006 dalam iklan IKEA Melihat kepada keadaan ini, kita tidak bimbang tentang survival pantun. Ia bukan hanya survive tetapi berkembang mekar. Walau bagaimanapun hal yang membimbangkan ialah tentang penghayatan pantun. Masyarakat mengucapkan pantun tetapi kurang menghayati maksud dan kata-kata yang digunakan menyebabkan nilai, maksud dan falsafah yang tinggi itu tidak dikenali oleh masyarakat. Masyarakat Melayu amat mementingkan keharmonian ketika berkomunikasi antara satu sama lain. Pada satu ketika dahulu, pantun menjadi bahasa basahan yang digunakan sebagai alat komunikasi yang bertujuan menjaga air muka pendengar atau orang yang dilawan bercakap. Melalui pantun, masyarakat Melayu berkias mengenai sesuatu secara halus dan teliti agar setiap perkara yang ingin disampaikan akan diterima dengan baik oleh seseorang. Oleh sebab itu, melodi dan pemilihan perkataan dalam pantun dibuat dengan begitu teliti. Ini memperlihatkan bentuk pemikiran masyarakat Melayu yang sentiasa peka terhadap alam sekeliling dan menjadikan pantun sebagai satu lambang ketekalan minda yang “tak lekang dek panas dan tak lapuk dek hujan”.Kehebatan dan ketepatan pantun sebagai satu alat kritik sosial yang digunakan oleh masyarakat Melayu menunjukkan bahawa masyarakat Melayu mempunyai daya pemikiran yang begitu halus dan kreatif. Seperti mana Laksamana Hang Tuah pernah berkata “tak Melayu hilang di dunia”, pantun juga harus dipelihara agar terus hidup dan diamalkan dalam kehidupan masyarakat Melayu hari ini. Pantun dikarang untuk menyampaikan kritikan dan sindiran terhadap sesuatu kepincangan yang berlaku dalam masyarakat. Kritikan dan sindiran ini amat tajam dan disampaikan secara berlapik dan berkias, sesetengahnya dalam nada bergurau. Melalui pantun terpancar budaya masyarakat Melayu tradisional yang tidak mengkritik secara berterus terang tetapi secara halus. Kata-kata yang digunakan dalam pantun adalah lambang-lambang yang mengandungi makna yang tersirat. Seperti kebanyakan karya Melayu tradisi, kita tidak mengetahui siapakah pengarang sebenar. Namun daripada pantun yang kita warisi, terbukti bahawa pengarang pantun adalah pemikir yang amat tajam pemerhatiannya terhadap alam dan masyarakat di sekeliling. Mereka peka terhadap segala yang berlaku lalu menyampaikan teguran dan kritikan untuk membawa kebaikan. Pengarang pantun menggunakan perbandingan dan tamsilan seperti perumpamaan, metafora, simile dan personifikasi yang kaya dengan imej alam. Imej-imej alam ini perlu ditafsir untuk mengetahui maksud sebenar dengan ruang dan masa seminar, kertas ini akan membincangkan kritik sosial dalam pantun Melayu dengan menumpukan kepada aspek percintaan, etika dan masyarakat, serta sifat buruk manusia yang sering dialami dalam hidup besar pantun yang terdapat dalam bahasa Melayu ialah pantun percintaan. Percintaan merupakan salah satu hubungan yang terjalin sesama manusia. Dalam konteks kertas kerja ini akan dibicarakan pantun-pantun yang berupa teguran atau kritik tentang tingkah laku manusia yang menyebabkan hubungan percintaan tidak berjalan dengan padi antara masak,Esok jangan layu-layuan;Intai kami antara nampak,Esok jangan rindu-rinduan.Zainal Abidin Abu Bakar,1984 247Pantun ini dipopularkan melalui lagu “Gurindam Jiwa” nyanyian Rafeah Buang dan dan dipetik daripada filem yang juga berjudul “Gurindam Jiwa” terbitan tahun 1966 lakonan Nordin Ahmad dan Latiffah Omar . Pantun ini membayangkan suasana percintaan atau hubungan yang masih erat. Namun begitu si kekasih berpesan kepada pasangannya supaya “intai kami antara nampak” supaya “esok jangan rindu-rinduan”. Dengan pesanan ini si kekasih sebenarnya memberi peringatan supaya pasangannya selalu mengintai, dalam erti kata selalu menjengok dan melihat keadaannya. Ini juga membawa maksud mengambil berat untuk memastikan orang yang dijenguk atau diintai itu masih ada ditempatnya dan berada dalam keadaan yang konteks perhubungan percintaan pantun membawa pesanan supaya jangan sesekali mengambil ringan dan jangan mengamalkan sikap take for granted bahawa hubungan yang sedang berjalan dengan baik itu akan terus kekal baik. Hubungan kasih mesti dijaga dengan sewajarnya. Jangan sampai si kekasih merajuk dan merasa dirinya tidak dipedulikan. Jika si kekasih pergi membawa diri maka jangan sampai ia dirindu dibiarkan belalu pergi baru nak menyesal baru nak cari. Jangan take for granted. Hal ini adalah penting demi menjaga hubungan kasih pantun menggambarkan keadaan alam iaitu padi dalam keadaan “antara masak”, Padi baru mula masak dan ada antaranya yang belum masak. Dalam keadaan inilah petani mesti bersedia untuk menuai padinya kerana jika ditunggu ada padi yang akan layu dan tidak sempat dituai. Padi mesti dituai semasa antara masak, iaitu dalam keadaan antara masak dan tidak masak. Jangan biar atau tunggu kerana esok padi akan masak. Jika ditunggu sehingga semuanya masak, kemungkinan tidak sempat mengetam atau menuai. Sebahagiannya akan layu segi falsafahnya pantun ini memberi penekanan kepada faktor masa dan peluang. Sesuatu yang berharga iaitu hubungan percintaan mestilah dihargai sebelum ianya hilang atau sebelum ketam padi pulut,Saya ketam padi Jawi;Tuan berkata sedap di mulut,Saya mendengar sakit hati.Zainal Abidin Abu Bakar,1984 153Pantun ini memberi nasihat supaya berhati-hati dengan kata-kata. Hubungan percintaan juga boleh terjejas akibat salah seorang tidak pandai mengawal kata-kata. Salah satu kesilapan yang diakukan oleh pasangan bercinta ialah tidak berhati-hati dengan kata-kata. Apa yang dilafazkan mungkin menggores perasaan pasangannya. Secara amnya seseorang tidak sepatutnya berkata sesedap hati tanpa menimbang akibatnya kepada orang yang mendengar,apatah lagi bila berkata-kata dengan orang yang sentiasa mengharapkan kasih sayang. Hati mudah terluka lebih-lebih ketika dilamun cinta dan mengharapkan kekasih akan membelai dengan kata-kata yang manis. Pembayang maksud menyentuh dua perkara yang berbeza. Seorang mengetam padi pulut, seorang mengetam padi Jawi. Dari sini membayangkan bahawa perbezaan adalah perkara biasa. Hal ini mudah membawa kepada perbezaan pendapat atau perselisihan faham. Perbezaan ini juga seharusnya membuat kita sentiasa berhati-hati dan bersedia untuk memahami orang kata-kata yang menyakitkan juga merupakan suatu penderaan. Penderaan tidak hanya terhad kepada penderaan fizikal, tetapi juga penderaan psikologi iaitu menyakitkan seseorang dengan kata-kata. Dengan kata-kata merupakan penderaan psikologi, bukan fizikal. Menyebabkan orang yang mendengar berasa jelatik sarang kedidi,Sarang tempua sarang berjuntai;Sungguhpun cantik sutera dipuji,Belacu juga tahan dipakai. lirik lagu Pandang-pandang Jeling-jelingPantun ini menjadi terkenal bila ia dinyanyikan dalam lagu “Pandang-pandang Jeling-jeling” Nurhaliza. Pantun ini adalah teguran terhadap orang yang mementingkan kecantikan fizikal sedangkan kebahagiaan tidak terjamin dengan rupa paras yang cantik semata-mata. Oleh itu janganlah terlalu memuji sutera kerana kecantikan dan kehalusannya ataupun menghina belacu kerana kekasarannya walhal di dalam keadaan sehari-hari belacu lebih berguna dan dipakai sebagai kain basahan dan untuk bekerja. Hal ini dapat dikaitkan dengan falsafah keindahan dalam Islam. Islam menekankan kepada pentingnya sesuatu yang indah dan yang dalam Islam bukan semata-mata diukur dari segi fizikal atau rupa paras. Keindahan merangkumi kecantikan fizikal dan nilai yang baik dan positif. Sesuatu yang dipandang indah mestilah juga mempunyai nilai gunaan, iaitu dapat memberi manfaat kepada masyarakat. Misalnya mutu sesebuah karya sastera atau karya seni yang lain diukur dari nilai-nilai yang dituntut oleh Islam, iaitu yang bercirikan kebenaran, kebaikan dan keindahan. Selaras dengan ajaran Islam seperti yang dihuraikan di atas, pantun Melayu juga menasihatkan agar berhati-hati memilih kekasih atau pasangan hidup. Janganlah hanya memberi perhatian kepada rupa paras kerana kecantikan mungkin hanya sifat luaran semata-mata. Hal ini dapat dikaitkan dengan pantun di bawahBerbaju batik bujang kelana,Duduk bermadah di tilam pandak;Usah dipetik si bunga sena,Warnanya indah berbau tidak.Zainal Abidin Abu Bakar, 1984154Pantun di atas membawa maksud, seseorang dinasihati supaya jangan memilih bunga yang cantik tetapi tidak bau wangi. Dia sepatutnya memilih bunga yang harum. Di dalam puisi Melayu bunga yang harum dikaitkan dengan nama yang harum atau nama yang baik. Bunga yang cantik tetapi tidak berbau adalah rendah nilainya seperti yang terungkap dalam pantun. Kecantikan tidak dapat menjamin kebahagiaan sekiranya hanya luaran sahaja yang cantik, tetapi dari aspek dalaman tidak seperti yang diharapkan. Ini dikaitkan dengan hubungan antara lelaki dan yang wangi adalah objek alam yang masih digunakan untuk membawa makna sesuatu keindahan dan kemurnian yang menjadi kenangan dan sebutan. Masyarakat Melayu mengutamakan nama yang baik dan oleh itu seseorang disarankan supaya berkelakuan baik supaya tidak mencemarkan nama ibu bapa dan keluarga. Selaras dengan itu ialah pandangan Islam yang juga mengutamakan nama yang baik atau nama yang bersih. Allah mengajar manusia supaya berdoa agar meninggalkan nama yang harum, di samping berdoa untuk menambahkan ilmu “Wahai Tuhanku, berikanlah daku ilmu pengetahuan dan hubungkanlah daku dengan orang-orang yang salih. Dan jadikanlah bagiku sebutan yang baik nama yang harum dalam kalangan orang-orang yang datang kemudian” Surah asy-Syura, ayat 83-84.Terdapat pantun-pantun yang memperkatakan tentang perilaku kekasih yang tidak mendayung perahu,Sambil berdayung sambil bermain;Macam mana bunga tak layu,Embun menitis di tempat lain.Zainal Abidin Abu Bakar,1984165Seri Andalas ke kota Ambon,Hendak mencari asam paya;Kasih ibarat setitis embun,Ditiup angin berderai ia.lirik lagu Seri AndalasPantun kedua di atas menggunakan perlambangan embun untuk menyatakan perihal kasih yang tidak bersungguh-sungguh. Embun dijadikan simbol kepada sesuatu keadaan yang tidak kekal dan tidak terjamin. Pantun yang pertama merupakan luahan rasa terhadap kekasih yang tidak lagi memberi perhatian kepada pasangannya. Daripada simbol yang digunakan iaitu bunga maka dapatlah diketahui bahawa yang ditinggalkan itu ialah perempuan dan yang berubah hati ialah lelaki. Hati lelaki sudah beralih kepada gadis yang lain. Hal ini diperikan sebagai embun yang menitis di tempat lain. Perilaku lelaki ini dianggap sebagai tidak bersungguh-sungguh di dalam hubungan percintaan dan keadaan ini disebut di dalam pembayang pantun seperti budak-budak yang sambil berdayung sambil bermain. Ini juga membawa maksud tidak ada niat atau keazaman untuk sampai ke sesuatu destinasi. Demikian juga hubungan cinta yang tidak serius, akan menyebabkan kegagalan. Cinta yang gagal dilambangkan oleh bunga yang Masyarakat MelayuEtika ialah prinsip moral atau akhlak atau nilai-nilai akhlak yang menjadi pegangan seseorang individu atau sesuatu kumpulan Kamus Dewan, 1996 345. Masyarakat society merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan komuniti manusia yang tinggal bersama-sama. Etika masyarakat merujuk pada nilai moral atau akhlak yang harus dipegang oleh sesebuah masyarakat. Oleh kerana sesebuah masyarakat yang inginkan kestabilan memerlukan ahli-ahli yang sanggup menolong antara satu sama lain, maka ia perlu kepada nilai-nilai murni seperti kerakyatan, hak dan etika. Ini merupakan perkara asas untuk mencapai keadilan. Jika nilai-nilai ini gagal dipatuhi, sesebuah masyarakat tersebut sebagai tidak adil dan musibah akan berlaku Masyarakat Melayu biasanya mengaitkan etika masyarakat dengan pegangan agama Islam. Contohnya seperti yang tergambar dalam pantun di bawahAsam kandis asam gelugur,Ketiga asam riang-riang;Mengangis di pintu kubur,Teringat badan tidak sembahyang. yang bercanggah dengan agama Islam merupakan perlanggaran kepada etika masyarakat Melayu. Setiap perlakuan dalam kehidupan masyarakat Melayu yang beragama Islam secara halus dikaitkan dan dijalin dengan indah dalam pantun. Ini juga sebagai peringatan secara bersahaja dan relaks tanpa menyentuh peribadi sesiapapun yang berikut merupakan kritikan sosial dalam etika masyarakat bising di tepi laut,Ombak menghempas berderai-derai;Kusangka tuan beras pulut,Bila ditanak nasi berderai.Zainal Abidin Bakar peny., 1984 184Daripada petikan pantun di atas, jelas menunjukkan kritikan sosial orang Melayu terhadap orang yang tidak boleh dipercayai. Terdapat banyak kategori sikap ’orang yang tidak boleh dipercayai’, dan ini dapat dilihat banyak sekali dalam peribahasa Melayu yang merujuk kepada orang yang tidak boleh dipercayai. Misalnya ’talam dua muka’ – orang memuji di depan tetapi di belakang kita mereka mengeji, ’ular lidah bercabang’ – orang yang tidak menepati janji, atau orang yang sentiasa berubah dengan cepat kata-katanya,Pemantun dalam pantun di atas telah menunjukkan nada marah dan sindiran terhadap orang yang tidak boleh dipercayai ini. Dalam konteks pantun di atas, ’orang yang tidak dipercayai’ merujuk kepada kepercayaan terhadap pada orang yang disangka dapat berkongsi masalah dan menyimpan rahsia, namun kepercayaan terhadap orang itu musnah kerana sikapnya yang tidak sebaik yang disangka. Berdasarkan pembayang dan maksud yang diberikan dalam pantun di atas, kemungkinan kesalahan yang dilakukan oleh orang tersebut ialah suka membawa mulut atau menceritakan perihal orang lain, atau kemungkinan juga orang itu tidak boleh menyimpan rahsia, sebaliknya suka menghebahkan rahsia atau sesuatu perkara kepada orang lain. Beras pulut ialah lambang ’orang yang dipercayai’, yang boleh menyimpan rahsia. Ini dapat disesuaikan dengan beras pulut apabila ditanak akan melekat dan padat. ’Beras’ pula menjadi lambang ’orang yang tidak boleh dipercayai’ kerana apabila ditanak akan berderai, tidak seperti pulut. Penggunaan simbol-simbol ini jelas memperlihatkan kebijaksanaan orang Melayu dahulu dalam membuat pemilihan kata yang bertepatan dengan pemikiran yang hendak berikutnya turut memperlihatkan rasa marah pemantun terhadap lelaki yang suka mempermain-mainkan wanita. Pemantun yang menuturkan pantun ini berkemungkinan besar adalah seorang dingin bersayur mumbang,Sayur dimasak dalam belanga;Kami tak ingin melihat kumbang,Kalau kumbang merosak bunga.Zainal Abidin Bakar peny., 1984 251 Pantun di atas jelas menunjukkan kemarahan pemantun terhadap lelaki yang gemar merosakkan wanita. Ibarat peri bahasa ’habis madu sepah dibuang’ sekiranya peribahasa ini merujuk kepada wanita, ia bermaksud wanita yang ditinggalkan apabila lelaki itu sudah mendapat apa yang dihajati daripada wanita berkenaan; peribahasa ’ibarat bunga, sedap dipakai, layu dibuang’ turut bermaksud wanita yang ’dirosak’ oleh lelaki, iaitu wanita yang dikasihi semasa muda tetapi diceraikan apabila tua. Kritikan sosial di sini jelas ditujukan kepada golongan lelaki yang tidak bertanggungjawab terhadap wanita. Dalam Al-Quran menegaskan bahawa “Lelaki itu adalah pelindung/pemimpin bagi wanita.” Riwayat Abu Hurairah dalam Sahih Bukhari mengatakan bahawa Nabi Muhammad pernah berkata“O Muslims! I advise you to be gentle with women, for they are created from a rib, and the most crooked portion of the rib is its upper part. If you try to straighten it, it will break and if you leave it, it will remain crooked, so I urge you to take care of the women.” .Namun, perlakuan lelaki adalah dalam pantun ini jelas menyalahi norma masyarakat malah menyalahi hukum Islam berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Golongan lelaki ini bukan sahaja mereka tidak melindung dan membimbing wanita, malahan mereka merosakkan pula wanita tersebut. Seorang suami misalnya hendaklah memberi perlindungan dan bimbingan sebaik-baiknya kepada isteri, bukan setakat makanan dan pakaian sahaja, tetapi juga seterusnya yang bernada marah dapat dilihat dalam pantun jenaka. Apabila pantun ini dibaca, secara tidak langsung perasaan pendengar akan tercuit rasa geli hati. Namun jika diteliti sebenarnya pantun ini mengandungi emosi marah, bukan jenaka semata-mata, dan emosi marah jelas terlihat dalam perkataan ’terajang punggung’.Di sana merak di sini merak,Merak mana hendak dikepung;Di sana hendak di sini pun hendak,Pusing belakang terajang punggung.Zainal Abidin Bakar peny., 1984 103Pantun di atas merupakan satu kritikan sosial terhadap orang yang suka mengikut hawa nafsu dalam kehidupan mereka. Pemantun mengkritik orang yang bersifat tamak haloba, terlalu mementingkan hawa nafsu dan sekali gus memperlihatkan sikap mereka yang mementingkan keduniaan semata-mata. Banyak sekali mengenai sikap tamak diungkapkan dalam peribahasa Melayu, iaitu ”seperti anjing dengan bayang-bayang”, ”seperti anjing berebut tulang” dan ”seperti anjing beroleh bangkai”. Dalam pantun lama juga ada memperlihatkan akibat daripada sikap tamak, iaitu sentiasa mendapat kerugian dalam kehidupan. Ini dapat dilihat dalam pantun di bawahDalam semak ada duri,Ayam kuning membuat sarang;Orang tamak selalu rugi,Seperti anjing dengan Buruk ManusiaSetiap manusia di dunia ini dilahirkan dengan pelbagai sifat dan rupa. Di sebalik wajah yang cantik kadangkala ada benda yang buruk, tidak semua manusia di atas dunia ini sempurna sifatnya. Masyarakat Melayu amat kreatif dalam memperkatakan sifat buruk ini dalam bentuk teguran, nasihat ataupun luahan melalui pantun. Antara pantun yang dapat dilihat dalam bahasa Melayu yang menunjukkan kritik sosial sifat-sifat buruk ini ialah sepertiDari Kuala Pahang ke Kuala Lipis,Mari dibawa angin utara;Berhadapan saja mulutnya manis,Paling belakang lain bicara.Zainal Abidin Bakar peny., 1984 173Pantun di atas membawa maksud bahawa dalam kalangan manusia, banyak yang akan sentiasa memberi pujian atau meluahkan kata-kata yang manis, namun di sebalik perkataan yang manis itu, mungkin akan jadi sebaliknya apabila mereka bercakap di belakang kita. Dalam rutin kehidupan, kita tidak boleh lari daripada menghadapi situasi di mana terdapat pelbagai jenis manusia wujud di sekeliling kita. Pantun ini sebenarnya sebagai peringatan bahawa dalam hidup kita pasti ada perkara-perkara yang kurang menyenangkan, terutama daripada mereka yang mempunyai perasaan hasad dan dengki terhadap apa yang kita miliki. Kadang kala seseorang yang banyak memuji kita itulah sebenarnya yang akan menjadi duri dalam daging, maksud merekalah yang lebih banyak mempunyai perasaan hasad dan dengki terhadap saya pisau raut,Hendak meraut bingkai tudung;Gila apakah ikan di laut,Mengidam umpan di kaki gunung.Zainal Abidin Bakar peny., 1984 178Pantun di atas juga menunjukkan bagaimana sifat hasad dan dengki dalam kalangan manusia yang dikaitkan dengan ikan yang mengidam umpan di kaki gunung. Pantun ini membawa dua maksud, iaitu sebagai peringatan kepada mereka yang menginginkan sesuatu yang di luar kemampuan, dan juga sebagai peringatan kepada manusia mengenai pelbagai sifat manusia yang tidak dijangka akan berlaku kepada cempedak buah nangka,Ditanam orang dalam di dalam kebun;Haram tidak disangka-sangka,Buah delima menjadi racun.Zainal Abidin Bakar peny., 1984 179Pantun di atas jelas menggambarkan bahawa akibat daripada perbuatan yang tidak baik akan mewujudkan satu keadaan yang tidak diangka-sangka berlaku dalam kehidupan kita. Benda yang luarannya kelihatan cantik dan molek, kadangkala akan menjadi perosak atau pembunuh yang kejam. Maksudnya di sini, kita harus berhati-hati dalam melakukan sesuatu hal, ataupun dalam mempercayai sesuatu perkara yang kita lihat kerana dalam apa jua keadaan, benda yang cantik atau yang disangka manis itu sebenarnya adalah racun yang akan di gua jalan ke teluk,Cantik halus rupa mukanya;Ibarat buah busuk di pokok,Hilang manis pahit rasanya.Zainal Abidin Bakar peny., 1984 180Pantun di atas pula merujuk kepada sifat manusia yang tidak mahu berubah. Kebanyakan kita kadangkala lupa bahawa dunia ini sentiasa berubah, begitu juga dengan sifat manusia. Perubahan zaman dan masa ini juga harus kita sedari kerana sekiranya kita tidak mengikuti perkembangan zaman, maka kita akan ketinggalan di belakang. Pantun ini juga bertujuan menegur bahawa ketika berada pada sesuatu tahap kita perlu mengikut peredaran masa bagi membolehkan kita diterima dalam masyarakat. Misalnya, apabila meningkat tua, seseorang itu haruslah sedar bahawa umur yang meingkat memerlukan mereka menjadi dewasa. Mereka yang tidak mahu berubah akan dikecam atau dengan masyarakat muda hari ini pula, pantun dilihat sebagai sesuatu yang agak tradisi yang diwarisi daripada masyarakat lama. Namun begitu, masyarakat muda juga tidak ketinggalan dengan pantun mereka yang diadaptasikan dan disesuaikan dengan dunia baru. Kewujudan pantun-pantun generasi baru ini kadangkala dianggap sebagai perosak kepada keindahan pantun lama, tetapi jika dilihat daripada aspek yang positif, generasi hari ini juga mencipta pantun, namun agak longgar dan lebih bersahaja duit naik teksi,Tak ada duit naik bas;Cari makwe jangan seksi,Nanti cepat kena ini ditemu ketika penulis bercuti hari raya, dan dalam gurauan antara anak-anak muda, penulis sempat mendengar pantun ini yang menjadi bahan gurauan anak-anak muda yang datang menziarah. Dapat dilihat bahawa generasi hari ini lebih terbuka dan berterus terang dalam mengungkapkan sesuatu. Setiap pemilihan kata yang dibuat lebih bersahaja dan agak selamba. Ini seakan telah menyebabkan unsur estetika dan keindahan dalam pemilihan kata telah sedikit bergeser kerana pembayang dan maksud yang dipilih kelihatan wujud secara langsung dengan kehidupan dan suasana masyarakat hari di bawah ini pula merujuk kepada bentuk pantun lama yang diberi wajah senohong,Gelama ikan duri;bercakap bohong,Lama-lama jadi di atas sebenarnya merujuk kepada sikap ahli politik yang banyak memberi ceramah dan berjanji sana sini untuk mendapat undi rakyat. Namun di sebalik ceramah yang diberi, banyak antaranya adalah bohong senohong,Gelama ikan duri;Baca berita bohong,Lama-lama di atas berkaitan dengan penyiaran berita di TV3, yang banyak menyokong kerajaan. Pantun tersebut digunakan bagi meluahkan rasa tidak puas hati terhadap kandungan berita yang disiarkan di TV3 yang dikatakan banyak mengandungi unsur tokok masa telah menjadikan pantun sebagai bahan jenaka yang digunakan dalam menempelak seseorang. Jika diteliti dengan mendalam, kelihatan bahawa pantun-pantun baru menerima banyak perubahan, namun unsur-unsur kesamaan bunyi dan penyampaian maksud itu masih boleh merupakan khazanah bangsa yang amat bernilai bagi masyarakat Melayu. Keindahan pantun dalam mengungkapkan seribu satu macam maksud menjadi lambang ketekalan minda yang amat kreatif. Penggunaan pantun sebagai bahan kritik sosial secara tidak langsung menunjukkan bahawa pemikiran masyarakat Melayu dalam mengadaptasi alam sekeliling bagi menyampaikan maksud ataupun meluahkan perasaan menjadi cerminan jiwa dan raga masyarakat Melayu itu sendiri. Pentingnya menjaga keharmonian diperlihatkan dalam pemilihan kata setiap pantun yang dicipta. Bukan sahaja maksud yang terhasil dalam pantun menjadi inti, tetapi juga perkataan yang digunakan sebagai pembayang juga mengandungi makna yang pantun yang banyak memperlihatkan kesopanan dan ketelitian pemakainya dalam meluahkan perasaan amat menarik untuk dibincangkan. Jangkauan akal fikiran yang merenung dan mencerna segala bentuk kehidupan dalam lagu dan irama pantun melambangkan pesona jiwa dan kehalusan minda masyarakat Melayu dalam menjaga air muka dan juga sebagai satu senjata untuk menangkis sebarang perbuatan secara lembut dan harmonis. Perkara-perkara seperti inilah yang perlu dijaga dan dikekalkan dalam jiwa masyarakat Melayu supaya kesopanan dan kelembutan yang selama ini menjadi amalan akan terus berkekalan dalam jiwa generasi hari muda mempunyai pemikiran yang lebih kepada straight to the point, ataupun lebih berterus terang dalam mengungkapkan atau meluahkan maksud, sama ada dalam pantun mahupun dalam bahasa seharian. Ini terjadi akibat daripada pengaruh globalisasi yang semakin merubah jiwa dan perasaan masyarakat Melayu hari ini. Perubahan masa bukanlah satu alasan untuk generasi hari ini merosakkan dan memperlecehkan keindahan dan kehalusan pantun. Sepatutnya perlu ada kesedaran yang lebih mendalam dalam kalangan generasi hari ini untuk memelihara kesopanan dan kehalusan budi bahasa yang terpancar dalam pantun. Adat muda semestinya ada bentuk-bentuk yang baru, tetapi janganlah sehingga mengetepikan khazanah lama yang ternyata indah dan halus. Membentuk masyarakat yang maju dan bersopan santun serta berbudi bahasa menjadi tanggungjawab bersama yang akan memastikan Melayu mempunyai jati diri dan wawasan dalam dunia globalisasi hari daripada Blog Dr Zurinah Hassan

Pantunbertema kritik sosial. Pantun dapat digunakan untuk menyampaikan kritik secara cerdas, santun, elegan, dan santai. Pantun dapat menjangkau semua aspek kehidupan manusia jika dicermati berdasarkan isi dan maknanya. Selain pantun bertema nasehat dan adat diatas, ada pula pantun lama yang terbentuk atas dasar pemikiran dan tanggapan terhadap kondisi kehidupan. Jakarta - Sebagai orang Indonesia, kita sudah sepantasnya ikut berbangga diri karena batik telah diakui oleh dunia sebagai warisan dan budaya asli Indonesia. Pada 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity Lirik Lagu Padam Padam - Kylie Minogue Lirik Lagu Flu - HEIZE feat. CHANGMO Cara Membuang Kasur, Jangan Asal Taruh di Tempat Sampah Sejak itu, setiap 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Hal semacam ini dapat mengingatkan kita bahwa batik merupakan satu di antara warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Untuk merayakan Hari Batik Nasional, tidak ada salahnya membuat status tentang pantun-pantun bertema batik. Apakah kamu sudah menyiapkan pantun untuk peringatan Hari Batik Nasional? Bagi kamu yang membutuhkan referensi dan ide pantun bertema batik, bisa menggunakan contoh-contohnya pada artikel ini. Contoh-contoh pantun bertema batik ini juga bisa kamu gunakan sebagai status di media sosial. Berikut ini beberapa contoh pantun bertema batik, dikutip dari laman Mang-betok dan Menitinfo, Kamis 29/9/2022.Berita Video, Arsitek Baru Timnas Jerman di Piala Dunia 20221. Ke pasar pakai baju batik, Batik kotor kena jamu. Setinggi-tingginya harga batu akik, Masih tinggian cintaku padamu. 2. Sungguh nikmat hidup di desa, Udara dihirup sejuk terasa. Telah diakui semua dunia, Bahwasanya batik memanglah budaya Indonesia. 3. Maju mundur bersua daku, Si gadis manis berbatik jingga. Jangan sampai malu wahai saudaraku, Menggunakan baju kebanggaan Indonesia. 4. Ada burung di pohon akasia, Suaranya merdu warnanya cantik. Anda mengaku orang Indonesia, Harusnya bangga pakai batik. 5. Jalan-jalan ke kota Langsa, Bertemu dengan gadis cantik. Jangan lupa budaya bangsa, Selamat Hari Pantun Bertema Batik6. Langit mendung hujan rintik, Numpang berteduh hati gelisah. Saya ucapkan selamat Hari Batik, Untuk seluruh rakyat indonesia. 7. Ke Pulau Bali wisata bahari, Pulangnya ke pulau Jawa. Batik cocok dipakai sehari-hari, Niscaya tampil berwibawa. 8. Maju mundur bersua daku, Si gadis manis berbatik jingga. Jangan sampai malu wahai saudaraku, Menggunakan baju kebanggaan Indonesia. 9. Sungguh segar hidup di desa, Udara dihirup sejuk terasa. Sudah diakui seluruh dunia, Keelokan batik sudah bukan rahasia. 10. Bermacam budaya bermacam etnik, Satu di antaranya negara Kutai. Walaupun di Malaysia juga ada batik, Batik Indonesialah yang Pantun Bertema Batik11. Gadis cantik dari Belawan, Wajahnya ceria dan bercahaya. Pakai batik memang menawan, Wujud cinta warisan budaya. 12. Makan siang dengan bistik, Kemudian ditutup dengan brownies. Keren dah kalau pakai batik, Agar jadi terlihat manis. 13. Pergi ke rimba mencari kayu, Manga orang janganlah dipetik. Hai kau yang tampan dan ayu, Makin kece kalau terbalut batik. 14. Langit mendung menurunkan hujan rintik, Cari tempat berteduh hatipun jadi gelisah. Saya ucapkan selamat Hari Batik, Untuk seluruh rakyat Indonesia. 15. Hari ini hujan rintik-rintik, Rasanya makin enak jika makan es duren. Jangan lupa untuk pakai baju batik, Agar tampilan jadi semakin keren. Sumber Mang-betok, Menitinfo Dapatkan artikel contoh berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini. .
  • 2em70md2rx.pages.dev/378
  • 2em70md2rx.pages.dev/514
  • 2em70md2rx.pages.dev/284
  • 2em70md2rx.pages.dev/817
  • 2em70md2rx.pages.dev/665
  • 2em70md2rx.pages.dev/340
  • 2em70md2rx.pages.dev/930
  • 2em70md2rx.pages.dev/271
  • 2em70md2rx.pages.dev/363
  • 2em70md2rx.pages.dev/594
  • 2em70md2rx.pages.dev/627
  • 2em70md2rx.pages.dev/34
  • 2em70md2rx.pages.dev/993
  • 2em70md2rx.pages.dev/739
  • 2em70md2rx.pages.dev/205
  • pantun bertema kritik sosial